Kamis, 12 Juli 2012

Tiga Satria Pemanah

Tiga Satria Pemanah



Arjuna merasa keberatan kalau harus bersaing dengan Suryaputra, karena Suryaputra juga seimbang kepandaiannya dengan Arjuna. Arjuna menolak bertanding dengan Suryaputra, dengan alasan karena ia bukan seorang satria, ia seorang rakyat biasa, ia anak Adirata, kusir Istana, yang mempunyai tingkatan hanya seorang pembantu. Alasan ini menjadikan Suryaputra dendam kepada Arjuna. Duryudana yang melihat Suryaputra berpotensi untuk menang dalam olah kanuragan, maka mengangkat derajat Suryaputra menjadi sauadara dari Kurawa. Duryudana memberikan pakaian seorang satria. Ia menganggap Suryaputra saudaranya, karena ia tinggal di Astina. Menjadi saudara Kurawa, berarti juga masih saudara Pandawa. Tetapi Arjuna tetap tidak mau bertanding, karena bagaimana juga ia, tetap seorang sudra.

Arjuna melayangkan sebuah panah ke sebuah papan sasaran panah. Suryaputra diam diam melayangkan pula sebuah panah. Panah Arjuna dan Suryaputra melayang beriringan bersama. Panah Arjuna menancap lebih dahulu dilingkaran angka 100, sedangkan panah Suryaputra membelah panah Arjuna dan menancap di angka 100 pula. Melihat panahnya terbelah dua, Arjuna menjadi marah dan tidak mengakui panah Suryaputra. Suryaputra tidak layak berdiri di tempat pendadaran.
Pandita Durna yang lebih mencintai Arjuna, mempersilakan Suryaputra keluar. Karena pendadaran ini khusus untuk keluarga Pandawa dan Kurawa. Jadi walaupun Suryaputra sudah menjadi seorang satria tetap tidak diperbolehkan mengikuti pendadaran. Suryaputra amat kecewa dengan Arjuna.
Demikianlah, mulai saat itu Suryaputra tidak pernah mengikuti pendadaran lagi. Ia lebih baik belajar kanuragan ditempat sendiri, yaitu di Kadiratan.
Batara Surya sang ayahanda medatanginya. Batara Surya berubah menjadi seorang pendita dan mengajar kanuragan pada Suryaputra. Begawan memberitahukan riwayat Suryaputra yang sebenarnya. Suryaputra menangis dipangkuan sang Begawan. Begawan memberitahu, bahwa Suryaputra anak Batara Surya dan Dewi Kunti. Suryaputra dibuang oleh ayahanda Dewi Kunti, karena bayi Suryaputra merupakan aib keluarga Mandura. Tetapi jangan khawatir Batara Surya selalu menjaganya. Sejak dalam kandungan ibunya, Batara Surya telah memberikan pelindung, berupa baju tamsir yang menempel dan telah bersatu dengan kulit Suryaptra. Tidak ada satu pusaka pun yang akan melukai dirinya. Semua pusaka akan terpental kembali kepada pemiliknya. Begawan mem beritahu pula bahwa ibunya, Dewi Kunti memberi nama Karna. Sedangkan Batara Surya memberikan nama Suryaputra atau Suryatmaja.Dan sudah menjadi jangka dewa, bahwa nanti pada perang besar, Suryaputra akan berhadapan dengan Arjuna.

Setelah Suryaputra menghilang dari tempat pendadaran. Arjuna merasa menjadi satria lanang jagad, tidak ada lagi pesaing yang akan mengganggunya.
Sebenarnya Arjuna masih mempunyai seorang pesaing lagi, yaitu Prabu Palgunadi, yang mahirdalam memanah. Walaupun ia tidak berguru pada Pandita Durna, namun cara memanahnya betul betul sangat akurat. Kini Arjuna merasa tersaingi. Arjuna ingin sekali bertemu Palgunadi, untuk mencoba kepandaian memanah Palgunadi.
Arjuna mendengan kabar, bahwa Prabu Palgunadi akan pergi ke Sokalima untuk berguru pada Pandita Durna. Arjuna merasa cemburu pada Palgunadi. Jangan jangan guru Durna lebih menyayangi Palgunadi.

Dalam perjalanan Arjuna ke Sokalima, Arjuna bertemu dengan Rombongan Dewi Anggraini. Dewi Anggraeni bermaksud pergi ke Sokalima. Dewi Anggraeni berangkat dari negerinya Paranggelung dengan kereta kerajaan, dengan pengawalan beberapa perajurit, bermaksud menyusul suaminya, Prabu Palgunadi. Arjuna melihat kecantikan Dewi Anggraeni, menjadikan Arjuna jatuh cinta pada Dewi Anggraeni. Dewi Anggraeni tidak menanggapi cinta Arjuna. Melihat Arjuna seperti memaksakan kehendak pada Dewi Anggraeni, Aswatama, putera Pandita Durna, yang kebetulan lewat disitu, segera menyerang Arjuna. Arjuna menjadi marah dan terjedilah perkelahian antara keduanya. Dewi Anggraeni memerintahkan para pengawalnya mempercepat perjalanannya. Dewi Anggraeni sampai di Sokalima. Sementara itu Arjuna sampai pula di Sokalima.Dewi Anggraeni melaporkan kejadian yang baru dialami pada Prabu Palgunadi, suaminya. Prabu Palgunadi ketika itu sedang menghadap Pandita Durna untuk minta belajar memanah. Namun Pandita Durna. belum memberikan kesanggupannya.Mendengar laporan istrinya, Prabu Palgunadi menjadi marah. Arjuna berkilah, bahwa ia tidak setega itu untuk melakukan peerbuatan itu., Aswatama pun datang memberi kesaksian, bahwa apa yang dikatakan oleh Dewi Anggraeni itu benar adanya. Arjuna menyangkal kesaksian Aswatama. Ia tidak akan berbuat seperti yang dituduhkan Aswatama. Ia tidak berbuat seperti apa yang dituduhkan Aswatama. Ia hanya kangen dengan kawan lama.

Prabu Palgunadi tidak percaya dengan kata kata Arjuna, Palgunadi lebih percaya dengan laporan istrinya dan kesaksian Aswatama, Prabu Palgunadi menjadi sangat marah. Prabu Palgunadi menghajar Arjuna. Terjadilah perkelahian hebat antara Arjuna dan Palgunadi. Mereka saling memanah. Keduanya sangat mahir memanah. Serangan panah Arjuna dapat dipatahkan oleh Palgunadi. Arjuna semakin marah, Arjuna membabi buta dengan panah panahnya yang akurat. Namun semua panah Arjuna dapat dikembalikan oleh Palgunadi. Arjuna kelihatannya kewalahan menghadapi Palgunadi, maka Arjuna yang juga bernama Palguna menanggalkan panahnya. Arjuna menyerang dengan tangan kosong. Palgunadi pun melayani serangan Arjuna. Kini merka bertarung tanpa senjata.Mereka bertarung dengan tangan kosong.
Kekuatan mereka begitu seimbang. Tiba tiba Arjuna menangkap dan berusaha merebut cincin Mustika Ampal yang dipakai pada ibu jari tangan kanan Prabu Palgunadi.Namun cincin pada ibu jarinya telah menyatu menjadi satu, sehingga ketika cincin itu dicabut, maka Ibu jari Palgunadi ikut terlepas dari tangan kanan Palgunadi., dan tidak diduga sebelumnya, Prabu Palgunadi tewas seketika. Rupanya cincin Mustika Ampal ini, hidup matinya Prabu Palgunadi. Jari bercincin Mustika Ampal Prabu Palgunadi yang terambil oleh Arjuna, tiba tiba lengket dan menyatu dengan jari jari Arjuna . Sehingga Arjuna tangan kanannya memiliki 6 jari.
Melihat kematian suaminya, Anggraeni melarikan diri. Aswatama mencoba melindungi Dewi Anggraeni dari kejaran Arjuna. . Tetapi Aswatama dengan mudah dikalahkan Arjuna. Pandita Durna meminta Arjuna agar sadar atas perbuatannya, namun Arjuna seolah olah tidak mendengar kata kata Gurunya.

Arjuna merasa mendapatkan kesempatan untuk mempersunting Dewi Anggraeni menjadi istrinya. Arjuna terus mengejar Dewi Anggraeni. Dewi Anggraeni terhenti, ketika jalan yang akan dilewati, berupa jurang dan tidak ada jalan lain. Akhirnya Dewi Anggraeni terjun kedalam jurang yang dalam. Dewi Anggraeni pun tewas.
Sukma Dewi Anggraeni pun sampai di Kahyangan Jonggringsaloka. Ia disambut sukma Prabu Palgunadi. Mereka berdua memasuki Swargaloka. Arjuna terus mengejar sukma Dewi Anggraeni yang akan memasuki Kahyangan Jonggringsaloka.

Sementara itu Batara Narada merasa heran,ketika Arjuna datang menemuinya dan minta agar Dewi Anggraeni di kembalikan pada Arjuna. Arjuna ingin menikahinya, karena Arjuna sangat mencintainya.Batara Narada sebenarnya keberatan. tetapi untuk mengelabuhi Arjuna,maka diciptakannya Dewi Anggraeni dari daun Tunjung.
Arjuna merasa bahagia bisa bersanding dengan Dewi Anggraeni. Mereka berdua turun ke marcapada. Namun sesampai di Arcapada Dewi Anggraeni berubah menjadi daun tunjung. Arjuna menjadi marah,ia ingin kembali ke Kahyangan. Tiba tiba datang Prabu Kresna mencegah keinginan Arjuna,untuk kembali ke Kahyangan. Prabu Kresna mengingatkan kalau semua yang terjadi ini sudah kehendak dewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar