Jumat, 13 Juli 2012

Dumadine Negoro Botono Kawarso

Dumadine Negoro Botono Kawarso

Dinegara Giridahono Sang Raja Prabu Giri Angkoro beserta Patih dan seluruh punggawa kerajaan sedang membahas keinginan Sang Prabu untuk balas dendam atas kematian mendiang ayahndanya yang konon ceritanya telah dibunuh oleh Raden Werkudoro darI Negara Amarta.
Tiba – tiba kedatangan Patih Haryo Sengkuni dari Negara Astina yang mengemban perintah Prabu Duryudana agar meminta bantuan kepada Sang Prabu Giri Angkoro untuk kesediaannya bersama – sama membunuh para Pandawa. Rencana tersebut disetujui dan didukung sepenuhnya oleh Prabu Giri Angkoro, sehingga seluruh prajurit dari dua negara tersebut bergabung dan bersama – sama menuju negara Amarta.

Raden Sumbo dengan disertai Patih Udowo dan Raden Setiaki yang akan menghadap Prabu Puntodewo di negara Amarta dalam perjalanan bertemu dengan para putra Pandawa yaitu Raden Gatutkaca, Raden Antasena, Raden Antareja dan Raden Abimanyu serta Raden Bambang Irawan bersepakat untuk berangkat bersama – sama.
Namun demikian tiba – tiba berpapasan dengan barisan prajurit gabungan dari negara Astina dan Giridahono yang dipimpin oleh Patih Haryo Sangkuni, karena berselisih paham maka terjadilah pertempuran, sehingga akhirnya Raden Sombo segera mengambil keputusan langkah untuk mengarahkan rombongannya sendiri mencari jalan lain menuju negara Amarta.
Sekembalinya dari menghadap Sang Resi Wiyasa di Pertapaan Wukir Retawu Raden Janoko dengan diikuti para punokawan Semar, Gareng, Petryk, Bagong di tengan hutan dikagetkan oleh munculnya para prajurit pengaman negara Giridahono, karena meraka sengaja menghambat perjalanan Raden Janoko maka terjadilah pertempuran yang akhirnya menewaskan para prajurit Giridahono tersebut, Raden Janoko melanjutkan perjalanan kembali ke negara Amarta.
Di negara Amarta kedatangan Prabu Kresna, Prabu Baladewa dan para putra sedang membahas mimpi yang dialami oleh Prabu Puntadewa bahwa seolah – olah negara Amarta kejatuhan bulan purnama dalam hal tersebut Prabu Puntadewa telah memerintahkan Raden Janoko untuk memohon penjelasan kepada Sang Kakek Resi Wiyasa di Pertapaan Wukir Retawu.
Kedatangan Raden Janoko yang telah kembali dari Wukir Retawu membawa pesan dari Resi Wiyasa bahwa negara Amarta akan menerima nugraha dari Dewa namun apabila terjadi sesuatu agar sementara urusan diserahkan kepada Prabu Kresna. Tiba – tiba turnlah Sang Batara Narodo dar kahyangan Suroloyo untuk menyampaikan NUGROHO dari Batara Guru dengan memberikan sebutan negara Amarta sebagai negara BOTONO KAWARSO, setelah memberikan petunjuknya maka Sang Batara Narodo segera kembali ke Suroloyo. ‘
Pada saat berlangsungnya rangkaian acara wisudha kepada Prabu Puntadewa yang diselenggarakan oleh Prabu Kresna dan Ibu Kunti, datanglah Prabu Giri Angkoro yang akan menuntut balas untuk membunuh Raden Werkudoro, namun hal tersebut dapat segera diatasi berakhir dengan tewasnya Prabu Giri Angkoro, maka prajurit Astina mengndurkan diri kembali ke negaranya dengan tangan hampa. Setelah menerima NUGROHO tersebut maka Prabu Puntadewa bersama – sama Prabu Kresna menghaturkan syukur kepada Tuhan YME, melaksanakan perintahNya, melestarikan segala sesuatu yang sudah diterima dengan hati – hati, tidak ceroboh, selalu waspada dengan sesanti : Mari bersama- sama Ngrekso, Ngrenggo dan Ngregani untuk tetap tegaknya negara kesatuan yang kita cintai ini. Demikian cerita dari lakon tersebut semoga dapat menjadikan sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sumber : SANGGAR SENI BUDAYA TRIBUDAYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar