Jumat, 09 November 2012

Parwo Senggono Duto

Ramayana – IX. Parwo Senggono Duto

 Kolo Kembar Suwito
Demikian ronin kembar itu mengakiri ceritanya. “ Jadi sebenarnya di Alengko terjadi rivalitas tersembunyi antara geng Radèn Indrajid dan Radèn Wibisono. Yang satu menghendaki kebangkitan militerisme, yang lain ingin membuat negara Teknokrasi. Prabu Rahwono dan para pinisepuh tidak tahu adanya rivalitas tersembunyi ini. Sang Prabu sudah kapok, beliau tidak lagi mau melakukan operasi2 militer. “

“ Anoman, bawalah kedua denowo itu sementara aku berunding dengan Gusti Romo “
“ Sendiko dhawuh, pak dhé Jembawan “
“ Gusti Romo, kedua yakso tadi sebenarnya pembesar Alengko yang terbuang karena adanya intrik2 politik dalam negri “
“ Benar pendapatmu, kapi Jembawan. Aku juga berpikir demikian. Aku dengar Alengko adalah negara yang kaya raya ? “
“ Betul Gusti, menurut cerita si kembar, kekayaan negara berhasil diselamatkan Wibisono. Ia yang sekarang menjabat sebagai penguasa kekayaan negara “
“ kekuatan militernya bagaimana ? ‘
“ Dulu sangat kuat. Poncowati bisa dilibas dengan kekuatan militernya tetapi swargi Gus Subali cerdik. Ia menantang Rahwono sehingga Poncowati tidak hancur. Sesudah palagan Maespati tentunya tidak sekuat dulu namun Alengko masih menyimpan perwira2 senior yang digdoyo2. Mengapa gusti tanyakan itu ? Mau menyerang Alengko ? Wah, pertama kita mesti menyebrangi selat Srilangka. Kedua, saat ini kekuatan Alengko belum bisa kita lampaui. “
“ Perhitungannya begini, kalau kita hanya menaklukkan negara2 kecil disekitar akan lama sekali karena mereka kecil2 dan miskin2. Kita musti pertimbangkan kemungkinan menyerang Alengko. “
“ Kalau menyerang dengan cara lugu, kemungkinan menang kecil sekali. kita harus memakai strategi yang jitu “
“ Dimana titik pengapesan Alengko ? “
“ Wah, kurang tahu saya. “
“ Yang tahu siapa ? “
“ Pembesar Alengko ‘ Anoman menukas
“ Mau menanyai Kolo Kembar ? “ Jembawan menebak arah pembicaraan “ Kalau mereka tidak mau kerjasama bagaimana ?
“ Bagaimana, Anoman ? “
“ Pejah “ seperti biasa Anoman menjawab tegas.
“ Hadapkan kembali Kolo Kembar itu ‘
“ Ketahuilah wahai dityo kolo kembar. Raja Poncowati adalah prabu Sugriwo. Dulunya ia terbuang dari singgasana. Senopati yang sedang kau hadapi adalah Sri Romowijoyo, juga terbuang dari singgasana karena ulah emban Mantoro. Kami adalah perkumpulan orang2 yang terbuang dan mempunyai gegayuhan yang sama.
Maka dari itu, kedatanganmu kemari adalah kebetulan. Kami bersimpati dengan orang2 terbuang. Kamu diterima suwito disini, kembar. Bagaimana ? “
“ Wah, terimakasih sekali. Kami sudah kelamaan menjadi Ronin dan memang kami mencari junjungan tempat kami mengabdi. Kami siap melaksanakan segala perintah. “
“ Nah, begitu. Anggodo, kamu kesini. Salami ini saudara baru yang senasib sepenanggungan. “
“ Nggak usah “ Anggoto memelototkan matanya ke si kembar. Kedua kembar tahu gelagat. Dari pada babak belur ditaboki Anggodo, keduanya segera berujar
“ Tidak perlu … kami sangat berterimakasih diterima disini.
“ wah, wah, cah gemblung tenan kok Anggodo ini “ Jembawan menggerutu.
Beberapa hari kemudian, dilakukan lagi rapat di paseban. Prabu Sugriwo duduk tenang di singgasana sebagaimana layaknya sikap raja. Anoman duduk tenang dengan mimik serius. Ia menurun oom Subali, tidak banyak bicara. Jembawan dan Mendo ber-bisik2 membicarakan perkutut kegemaran mereka. Anilo berulangkali mengatur duduknya karena perutnya yang metel2 membuatduduknya tidak nyaman. Kapi Joyo Anggodo pethitha pethithi selalu resah tidak tenang duduknya. Dengan postur tubuhnya yang tinggi besar, dityo kolo Wasa dan Wisamatra tampak mencolok di paseban.
Sang Senopati ing Ngalogo datang dengan diiringi adiknya kinasih. Dengung suara dipaseban tiba2 hilang terkena kewibawaan Romo. Sesdudah atur pambagyo dan segala basa basi, Romo berkenan melantik Dityo Kolo Kembar. Kedua raksasa itu sujud dan Romo menyentuhkan gendewanya kepundak kedua raksasa tadi.
Episode 47
Anoman Anggodo Tanding
“ Kuterima pengabdianmu. Kamu Dityo Kolo Wisamatra kulantik kujadikan kolonel marinir dan berada dibawah komando Kapi Anilo. Kamu Dityo Kolo Wasamitra kujadikan kolonel telik sandi pasukan elite dibawah komando Kapi Senggono Anoman. “
“ Sendiko dhawuh Gusti “
“ Nanti dulu, salah satu dari sikembar harus berada dalam rantai komando saya, Gusti ! “
Anggodo protes. Ia iri mengapa Anoman yang diberi, bukan dia. Paseban jadi ramai dengan perdebatan2 antara para punggowo. Setelah sekian waktu, Sri Romo mengangkat gendewanya dan kembali paseban menjadi sepi.
“ Bagaimana Anggodo, bisa menerima pelantikan ini “
“ Sendiko dhawuh Gusti “ Anggodo tidak berani berkutik lagi.
Sidang dilanjutkan dengan membahas kemungkinan invasi ke Alengko. Dimulai dengan usulan Jembawan agar pasukan Poncowati membangun angkatan laut agar bisa menyeberang ke selat Srilangka. Mendo menukas
“ Mengapa tidak membuat tambak saja ?”
“ Hus, mana mungkin membuat tambak. Wong tahun 2000an RI bikin jembatan Jawa-Madura saja tak kunjung terealisasi “ Jembawan membantah
“ Membuat angkatan laut berarti membuat ribuan kapal2. Duwitnya dari mana ? “ Mendo masih mendebat
“ Betul “ Anilo menukas ‘ keuangan kita terlalu lemah untuk membangun ribuan kapal “
Paseban menjadi sunyi senyap. Semua orang memikirkan bagaimana mendapatkan dana. Tiba2 kesunyian dipecahkan oleh suara Kolo Kembar yang hampir serempak berkata
“ Ijinkan kami bicara “
“ Salah satu bicara “ Jembawan menjawab
“ Biaya adalah masalah kecil jika kita bisa melakukan pendekatan dengan Radèn Wibisono sebab beliaulah bendahara negara. Mungkin kita tidak perlu menyerang Alengko. “
“ Wibisono ? “
“ Ya, sebenarnya beliaupun adalah kaum terbuang, dulu pernah jumeneng narendro tetapi lantas tergusur. Ia dalam tekanan kaum fasis pimpinan Radèn Indrajid. Dulu pernah bicara2 dengan saya untuk berkoalisi kembali dengan Maespati agar beliau bisa naik tahta kembali. Sayangnya Maespati sekarang sedang dilanda perang saudara pula. Jika paguyuban ini adalah paguyuban kaum2 terbuang, Radèn Wibisonopun termasuk calon anggauta. “
“ Apakah beliau mau ? Ini berarti ia akan bertarung dengan kerabat2nya ? “
“ Dalamnya laut bisa kita duga, dalam hati tak seorangpun tahu. Saya lama suwito Radèn Wibisono dan saya tahu bahwa beliau sebenarnya sudah tidak tahan ditelikung terus oleh partai fasis. Ada kemungkinan beliau bersedia bergabung. Paling tidak membiayai lurugan ke Ayudyo. Mungkin lebih baik kita mengecek kesediaan beliau. Jika perlu, saya bersedia mempertemukan dengan beliau. “
“ Wah, nanti kalau tidak bersedia salah2 rencana kita ketahuan. “
Kembali seluruh paseban menjadi sunyi. Setelah beberapa saat sang panglima bersabda. “ Kita harus mengambil resiko. Apa yang akan kita lakukan seandainya Wibisono tidak bersedia, Anoman ? “
“ Pejah “ dengan sigap Anggodo mendahului. “ saya yang akan berangkat menemui Wibisono “ kata Anggodo dengan penuh semangat. Wanoro yang tidak kenal takut ini merasa tertantang dengan keadaan itu.
“ Hus, itu bukan tugasmu. Itu tugas komandan pasukan Elite yang memang diterjunkan didaerah musuh. Anoman yang paling pas untuk pergi “ kata jembawan. Anggodo tidak menerima keputusan ini. Ia merasa lebih pantas menjalankan tugas. Paseban kembali menjadi riuh oleh ulah Anggodo yang bersikeras dan tidak mau mengalah. Lama kelamaan Anoman kehabisan kesabaran. Dari adu mulut akirnya mereka bertarung diluar palagan. Kapi Joyo Anggodo tidak gentar. Ia melawan kakang Anoman.
Jembawan dan Mendo mengelus dada. Mereka teringat momongan2 mereka, Guwarso & Guwarsi yang selalu berkelahi. Kini Anoman & Anggodo. Semua yang ada dipaseban sudah jerih dengan Anggodo dan mereka tahu hanya Anoman yang bisa mengatasi si bandel itu. Tak seorangpun mencegah ketika kedua satria ini keluar dari paseban untuk bertarung.
Tak lama kemudian Anoman kembali dengan menggendong Anggodo yang pingsan. Hidung Anoman berdarah kena tabok wanoro psychopath.
Episode 48
Senggono Duto
Perundingan di Paseban sudah selesai dan memutuskan sbagai berikut
· Anoman dengan dikawal oleh Wasamatra diutus ke Alengkopuro untuk menjalankan tugas2 intelejen negara. Mengukur dan memata-matai Alengko.
· Berupaya melakukan pendekatan kepada Wibisono beserta pengikut2nya untuk direkrut menjadi anggauta Partai orang2 terbuang.
· Jika Wibisono menolak, tugas Anoman untuk membunuhnya. Jika berhasil, Poncowati akan meminta dana awal. Saudara kembar Wasamatra ditahan di Poncowati sebagai agunan jika Wisamatra mbalelo.
· Kapi Srobo membangun angkatan laut.
· Kapi Anilo mulai membangun kapal dan menunjuk Kolo Wisamatra membuat pasukan marinir yang akan diterjunkan pertama di pesisir Alengko.
· Kapi Mendo urusan logistik militer
· Kapi Joyo Anggodo diangkat sebagai panglima pasukan grudugan
· Dst
Gendewa diketukkan ke meja, thok, thok, thok … Terdengar sorak gegap gempita
‘ Sendiko … sendiko … magito gito lumaksono … “
Singkat cerita, Anoman dengan dipandu Wasamitra dan dua losinan prajurit pilihan diberangkatkan ke Alengko. Diantara prajurit2 itu ada yang tampak cengèngèsan ketawa ketiwi. Anoman bertanya :
“ Siapa itu ? ‘
“ Ia ahli dalam logistik pengeboman. Nanti kita perlukan dalam membuat onar di Alengko “
“ Siapa namanya ? “
“ Kapi Amrozi “
“ Yang itu siapa ?
“ Ini spesialis pasukan bunuh diri “
“ Namanya ? “
“ Kapi Iqbal “
Sesampai di Alengko, Anoman menyamar sebagai mahasiswa pasca sarjana, kuliah sastra Universitas Papan Nama di Alengko. Ia berpisah dengan anak2 buahnya yang mengontrak rumah dipinggiran Alengko. Anoman indekost di kampung yang agak elite. Ibu Kost bernama tante Sayemprobo. Ia janda cantik mantan istri perwira Alengko yang gugur dipalagan Maespati.
Sebenarnya tante Sayem sebagai worokawuri perwira Alengko hidupnya berkecukupan. Ia mempunyai kost2an hanya agar ada anak2 muda yang bisa menemaninya karena ia hidup sendirian. Anak tunggalnya bernama Dityo Kolo Pratolomaryam mengikuti jejak swargi ayahnya menjadi prajurit di Alengko.
Walau usianya menjelang 40an tante Sayem masih cantik, genit dan tubuhnya sangat sexy. Banyak perwira2 Alengko yang melamarnya tetapi ditolak semua. Ia ingin bebas berganti pacar. Tante Sayem menyukai Anoman yang serius dan santun. Anomanpun menyukai tante Sayem yang periang. Semula Anoman membantu tante memperbaiki genteng bocor, mengantar belanja, dll. Lama kelamaan mereka makin akrab.
Suatu hari Wisamatra berhasil mengontak Wibisono dan mempertemukan dengan Anoman. Sekilas Wasamatra menjelaskan misi Anoman. Setelah saling berkenalan dan atur pambagyo, Wibisono mulai berbicara
“ Wanoro seto, biar kita perjelas, sebenarnya kamu utusan siapa dan apa tujuanmu ? “
“ Kami ini adalah anggauta perkumpulan orang2 yang terbuang yang berjuang ber-sama2 agar gegayuhan masing2 tercapai. Jika Radèn bersedia, kami mengundang untuk bergabung. Kami akan memperjuangkan supaya gegayuhan Radèn bisa tercapai. “
“ Ini bukan perkara gampang. Sik, tak pikir dulu. “ Wibisono berpikir keras “ Apa yang bisa kulakukan agar bisa juga membantu rekan2 seperjuangan ? “
“ Biaya. Kami butuh biaya yang sangat besar untuk mencapai gegayuhan salah satu anggauta kami yang kehilangan tahta “
“ Sik, sik, sik .. coba cerita dari awal .. “
“ … blah … blah … blah … “ Anoman menceritakan kisah perjuangan oom Sugriwo dan Romo yang bahu membahu saling membantu. Demikian kontak pertama telah berlangsung. Wibisono bukanlah orang yang gegabah. Pertemuan2 itu dilanjutkan dengan beberapa pertemuan lagi. Sembari berunding Anoman beserta anak2 buahnya melakukan pekerjaan mata2.
Suatu hari Anoman menemani tante belanja pakaian. Ketika pulang, dengan riang tante mengajak Anoman masuk kedalam untuk memamerkan pakaian2 yang baru dibelinya. Tante masuk kamarnya dan keluar lagi dengan pakaian barunya.
“ Bagaimana Anoman, bagus ? “
“ Bagus sekali tante. Tante tampak anggun “ Anoman terpesona
“ Ah, jangan memuji dooooooong “ tante berkata genit. Tatapan mata Anoman yang terpesona tampak tulus. Tante Sayem berbahagia mendapat tatapan itu.
Episode 49
Godaan yang Fatal
“ Aku coba yang lain, ya “ tante kembali masuk kekamarnya. Tante sudah kenyang tatapan laki2 yang mengaguminya tetapi kepolosan tatapan mata Anoman lain. Tante menyukai tatapan tulus ini. Tiba2 Sayemprobo ingin lebih, ia ingin menunjukkan yang lebih indah dari itu. Ia haus, ingin mendapatkan lagi tatapan mata perjaka thing2.
“ Anoman, masuk sini. Didalam ada cermin “ tante berteriak dari dalam kamar. Dengan ragu2 Anoman masuk kamar tante Sayem. Ia heran kamar tante banyak cerminnya. Bahkan diplaponpun ada. Anoman berdiri canggung. “ duduk sini “ Kata tante sambil me-nepuk2 kasur. Anoman manut. Kembali ia heran, kasurnya mentul2. Sepertinya ini kasur air ? Anoman me-nebak2.
“ Sekarang akan aku tunjukkan yang lebih indah dari tadi. Mau ? “ Anoman mengangguk. Tante menyukai anggukan Anoman yang polos. Seperti anggukan anak2 yang tersipu ditawari permen.
“ Tunggu, yaaaa “ Dengan tersenyum amat manisnya pelan2 tante membuka stagennya. Tidak lupa diputarnya lagu slow. Anoman bengong memandangi polah tante. Dadanya berdegup kencang ketika tante sudah selesai membuka setagennya. Ketika tante sudah sepenuhnya telanjang bulat, perjaka alumni Panglawung ini sudah seperti sapi. Ngah ngoh. Sikap Anoman yang pah poh ini justru makin menyemangati tante. Ia me-nari2 meliuk-liuk mengikuti irama. Ketika lagu diganti ndang ndut yang genit, tante makin bersemangat. Ditunggingkannya tubuhnya sehingga sepasang cangkir gadingnya yang indah menggelantung ranum. Nafas Anoman menjadi makin sesak. Melihat Anoman begitu, tante Sayem makin bergairah. Ia kemudian memunggungi Anoman dengan posisi menungging. Kemudian direntangkannya pahanya lebar2. Tante sayem begitu bergairah hingga tak terasa ada bagian tubuhnya yang basah.
Se-umur2 sang perjaka Anoman belum pernah melihat pemandangan seperti itu. Dilihatnya sesuatu yang merekah dan basah diantara paha2 tante. Tiba2 Anoman mendesah. Oooops … crut … crut … crut …. ia mengalami ejakulasi dini. Dengan tersipu ditutupnya mukanya dengan bantal.
[ dalam versi ini ia ejakulasi dini karena masih perjaka. Dalam versi pedalangan karena ia anak dewa yang ejakulasi dini, Anoman menderita penyakit ‘keturunan’. ]
Hampir tergelak tante melihat sikap Anoman yang lucu tetapi tante yang sudah pengalaman dengan sabar mendekati Anoman. Dilihatnya kain kampuh poleng Anoman ada bercak2. Karena malu, Anoman tidak berani membuka bantal yang menutupi mukanya. Dengan lembut tante menarik bantal dan Anoman tidak menolak. Namun, ketika bantal sudah ditarik, segera disilangkannya lengannya untuk menutupi matanya. Tante tidak bisa menahan geli. Sambil tertawa ditempelkan pipinya ke pipi Anoman untuk unjuk pengertian. Merasakan sikap tante yang penuh pengertian, Anoman menjadi lebih rilek.
Melalui sela2 tangannya ia mengintip tante yang tersenyum penuh pengertian. Dilihatnya tante kini sedang membuka kain kampuh polengnya. Tiba2 Anoman kembali dirundung rasa malu. Se-umur2 ia belum pernah menunjukkan keperjakaannya ke siapapun. Ketika tante membuka kainnya, secara reflex Anoman menutupi lagi mukanya dengan lengannya. Kembali tante merasa geli terhadap tingkah Anoman. Sambil terus menyingkap kain Anoman, tante berkata
“ Mau mimik ? “
“ Mimik ? Mimik apaan, tante ? “
Dengan senyum2 tante menyingkirkan lengan yang menutupi muka Anoman. Kemudian didoyongkannya tubuhnya sehingga satu cengkir gadingnya tepat dimulut Anoman. Dengan lahapnya Anoman ‘mimik’. Kembali tante merasa bertambah bergairah. Usahanya menyingkap kain Anoman diteruskan. mengetahui kainnya dikupas, kembali Anoman secara reflex merapatkan pahanya. Kali ini tante tertawa tergelak. Dengan tersenyum tante berkata
“ mau disebul ? “
“ disebul ? Apanya yang disebul, tante …. ?
kini Anoman sudah telanjang bulat. pelan2 tante mencari yang disembunyikan Anoman dipahanya. Mula2 ia membersihkan sisa2 cairan yang masih melekat dibatang keperjakaan Anoman. Kemudian tante mendekatkan mulutnya .. sensor … sensor … sensor.
Demikian, sejak malam itu Anoman bukan lagi perjaka. Hampir setiap malam Anoman ‘dimimiki’ tante Sayemprobo.
Episode 50
Anoman Picak
Tanpa terasa putik mulai bersemi didada Sayemprobo. Anoman yang hampir selalu hidup dalam keprihatinan menikmati dimanjakan tante. Anoman diajak makan2 ke resto2 yang lezat2, dibelikan pakaian bagus2, dll, bahkan dibelikan kuda agar bisa kesana kemari dengan lancar.
Namun, Anoman belum cukup berpengalaman memenuhi kehausan tante diranjang. Tante masih senang cek in di motel2 dengan perwira2 senior Alengko, yang lebih bisa memuaskan hasratnya. Anoman bukannya tidak tahu tetapi ia tidak ambil pusing. Ia adalah prajurit yang taat dan mendahulukan tugas. Benaknya dipenuhi oleh tugas2 yang belum tuntas dikerjakannya. Pekerjaan mata2 dan pendekatannya ke Wibisono berjalan sangat alot, belum menampakkan hasilnya. Beberapa kali pertemuan dengan Wibisono selalu berakir dengan keraguan.
Posisi Wibisono sulit. Disatu sisi ia punya ambisi kuat untuk naik tahta tetapi ia tidak cukup punya alasan untuk memusuhi kerabat2nya, terutama yang senior. Disisi lainnya lagi partai fasis membuatnya gerah. Tawaran Anoman memberinya peluang untuk menghantam Indrajid dan gengnya.
“ Anoman, sebenarnya apa yang sangat kau harapkan dariku “
“ Pertama, kami membutuhkan dukungan keuangan, baik untuk melakukan invasi ke Alengko maupun untuk bekal nantinya merebut kembali tahta Ayudyo. Kedua, kami membutuhkan Radèn sebagai konsultan dalam invasi ke Alengko. Yang bisa kami berikan adalah merajakan kembali Radèn.
“ Aku belum mengambil keputusan tetapi sedang mempertimbangkan. Ada beberapa skenario. Skenario pertama, aku berikan dana bantuan ke Poncowati untuk invasi bukan ke Alengko tetapi ke Ayudyo. “
“ Tetapi dengan begitu Radèn sulit menggapai cita2 … “
“ Betul, itu yang sedang kupikirkan. Skenario kedua, aku izinkan invasi ke Alengko tetapi dengan jaminan para pinisepuh tidak terbunuh … “
“ Wah, ini sulit. Dalam peperangan sulit sekali menjamin bahwa mereka tidak terbunuh. Apakah mereka mau ditawan ? Saya ragu itu …. “
Perundingan kembali macet. Anoman yang sudah selesai dengan penyidikan mata2 menyimpulkan bahwa sangat sulit bagi Poncowati untuk bisa menginvasi Alengko tanpa bantuan Wibisono. wibisono tidak hanya sekadar memberi bantuan keuangan tetapi nasehat2nya untuk mengalahkan Alengko diperlukan. Tanpa Wibisono, invasi ke Alengko hal yang mustahil.
Sementara itu makin lama tante Sayemprobo makin menjadi posesif terhadap Anoman. Beberapa bulan kemudian Sayemprobo hamil dan ia menggunakan ini untuk menuntut Anoman menikahinya. Anoman menolak, selain karena ia tidak mencintai, ia meragukan siapa ayah anak itu ? Anoman menuduh itu hasil perselingkuhan Sayemprobo dengan perwira2 senior. Selain itu, dalam tugasnya sebagai mata2, mustahil Anoman menikah karena ini akan mengundang perhatian khalayak.
Mula2 tante menggunakan hansip untuk memaksa Anoman menikahinya tetapi Anoman berkelit dengan mengatakan itu karena suka sama suka. Tante merasa dipermalukan penolakan Anoman.
Dari rasa mencintai menjadi posesif kini tante menjadi sangat marah akan penolakan Anoman. Selama ini ia selalu dikagumi dan diingini pria2 yang dikencaninya. Ini ada pemuda kere berani menolaknya ? Saking marahnya, tante kebablasen. Ia meracun Anoman. Maksudnya untuk memberi pelajaran anak sialan itu tetapi Anoman menjadi buta.
Beruntung Kolo Wasamitra mengetahui keadaan Anoman. Anoman dibawa ke dokter dr. Suharko. Walau ia spesialis penyakit dalam, ia bisa juga mengobati kebutaan Anoman. Setelah peristiwa ini Anoman terpaksa mengusngsi, pindah kost kedaerah pinggiran agar penyamarannya tidak ketahuan.
Dewi Sayemprobo yang makin marah akirnya mengadu kepada anaknya Dityo Kolo Pratolomaryam yang perwira muda Alengko. Sejak itu gerak gerik Anoman dan pasukannya menjadi tidak leluasa lagi karena Alengko melaksanakan sweeping. Anoman menjadi buron, bukan karena kasus terorisme atau kegiatan mata2 tetapi karena pelanggaran susila. Itulah akibat Anoman glanyongan. tugas menjadi makin sulit dilaksanakan.
Melihat keadaan yang makin genting, terpaksa Anoman mendesak Wibisono untuk membuat keputusan. Keadaan Wibisono yang sedang dilanda kebimbangan membuat Anoman nyaris kehilangan harapan. Tanpa Wibisono, misi invasi ke Alengko akan menjadi misi bunuh diri yang sia2.
Episode 51
Kudama di Taman Asoka
Untuk kesekian kalinya, Anoman dan Wibisono bertemu. Kali ini Anoman sudah mulai kehilangan kesabarannya karena sudah beberapa bulan tanpa hasil. keadaan makin buruk karena Pratolomaryam melancarkan sweeping mencari orang yang mencemarkan nama baik ibunya. Anoman terpaksa pindah2 kost.
“ Bagaimana dengan rencana pembagian harta, Anoman ? “
“ Bagito, bagi roto. Sepertiga untuk Gusti Romo supaya bisa membiayai invasi ke Ayudyo, sepertiga untuk kesejahteraan Poncowati, dan sisanya untuk Radèn Wibisono “
“ Wah, nanti dulu “ Dengan spontan Wibisono emnolak pembagian yang dirasanya tidak adil.
Wibisono aadl pemikir yang cermat. Ia tidak akan bertindak dengan gegabah. Kini batu ganjalan menjaadi dua. Bagaimana melindungi kerabatnya yang senior supaya tidak terbunuh dan bagaimana agar Alengko tidak habis2an dirampog Poncowati. Anoman tahu apa yang sedang berkecamuk dibenak Wibisono dan berupaya sebisanya mengompori.
“ Coba pertimbangkan. Tanpa bantuan Radèn, tinggal dua kemungkinan. Pertama Poncowati akan membatalkan invasi. Kedua, Poncowati kalah dalam invasi. Jika demikian gegayuhan Radèn pasti makin sulit tercapai. Jika tidak terjadi invasi, Radèn sudah terlalu tua untuk jadi raja. Jika terjadi raja, pasti yang ditunjuk sebagai senopati adalah Radèn Indrajid. Kemungkinan Radèn Indrajid yang naik tahta.
Kemungkinan ketiga, walau kecil sekali kemungkinannya, Poncowati invasi tanpa bantuan Radèn dan menang. Resiko paling ringan Radèn tertawan, kalau celaka malah terbunuh. “
Upaya Anoman tidak sia2. Wibisono termakan hasutannya. Namun, tetap saja tidak mudah. Ia terjepit dengan beban balas kasih dengan para pinisepuh dan ambisi madheg narendro. Anoman makin gencar provokasinya
“ Perhitungannya, jika Radèn bersedia bergabung membentuk Triumvirat Romo-Sugriwo-Wibisono, maka kejatuhan Alengko sudah hampir bisa dipastikan. yang jadi masalah adalah bagaimana kita mengurangi korban dikeduabelah pihak. Utamanya melindungi para pinisepuh. Soal pembagian harta, karena saya ada keterbatasan wewenang, mungkin ada baiknya dinego dengan oom Sugriwo & Gusti Romo. Alangkah baiknya jika paling sedikit Radèn bersedia untuk datang ke Poncowati membicarakan langsung dengan para pengambil keputusan. “
Walau sudah begitu, tetap saja Wibisono belum mampu membuat keputusan. perundingan berjalan kaku karena pembawaan Anoman yang kurang pandai berunding dan disisi lain Wibisono benar2 mengkuatirkan keselamatan kerabat2 seniornya. Selama perbincangan dan pertemuan2 keberadaan Sinto akirnya terbuka. Kedua pihak sama2 heran. Dalam versi Wibisono, Sinto sudah bercerai dan sukarela ke Alengko. Versi Anoman, Sinto belum bercerai tetapi, entah minggat entah hilang. Bagi Anoman ini soal pribadi gustinya dan ia tak hendak campur tangan karena ia tidak menerima perintah mengurusi bini atasannya. Namun demikian, Wibisono menyarankan agar Anoman menemui Sinto, paling tidak saling berkabar.
Pada hari yang telah ditentukan diam2 Anoman berkunjung ke Taman Asoka. Ia masuk melalui tembok karena Anoman sekarang sudah buron, tidak leluasa lagi bergerak. Dari atas tembok Anoman melihat ada seorang putri yang paras mukanya bah Hapsari, cantik jelita. Tetapi tubuhnya tambun seperti Dewi Hughes. Disebelahnya ada raksasa cilik merangkak kesana kemari ber-main2. Untuk sesaat Anoman ragu2. Mana Sinto yang diceritakan gustinya sebagai ayu menik2 ? Yang dilihatnya adalah wanita ginuk2. Dengan ragu2 Anoman turun dari tembok dan mendekati sang Dewi.
“ Kulonuwun …. “
“ Lho, ada kera putih kok bisa masuk kesini, siapa kamu “
“ Saya Kudama “ Anoman menyembunyikan identitasnya. “ Saya mahasiswa pasca sarjana … “
“ Mahasiswa kok kluyuran sampai disini. Sana kembali sana, nanti ditangkap satpam kamu “ Sinto mengusir Anoman dan mengangkat raksasa kecil itu sembari beranjak mau masuk kedalam. Dengan segera Anoman berkata
“ Saya memang ada perlu bertemu dengan gusti dewi. Saya kawan baik Romowijoyo dan Lesmono … “
“ Romo ? Kangmas Romowijoyo dan dhimas Lesmono dari Ayudyo ? “ Sinto ter-kaget2.
“ Betul Gusti Dewi “
“ Sik, sik, sik, ….. sini masuk sini supaya tidak ditangkap satpam “ bergegas Sinto masuk ke Keputren.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar