Jumat, 09 November 2012

Parwo Poncowati

Ramayana – VI. Parwo Poncowati


Konspirasi Rojopati
Romo & Lesmono sementara waktu tinggal dikemah Gerilyawan Reksomuko. Ke-dua2nya disukai para gerilyawan karena sikap mereka yang bersahabat, bersahaja dan rendah hati. Ke-dua2nya adalah putra2 kraton yang terdidik ketat untuk bersikap santun. Pengetahuan mereka tentang tata negara, taktik perang, dll menarik perhatian. Juga pengetahuan agama Romo yang meguru resi2 kawentar mempesona para gerilyawan. Ketinggian pengetahuannya menyebabkan Romo tampak menjadi orang suci. Kisah tragedi mereka, dari terpental dari singgasana sampai kehilangan istri menarik simpati. Tentu saja rahasia homoseksualitas mereka simpan dalam2. Karena arogansi ras Arya, Romo tidak mau nyodomi para wanoro yang (dianggapnya) asor sehingga rahasia mereka tersimpan rapat. Praktis biseksualitas Romo sembuh. Ia hanya kelonan dengan Lesmono kinasih.

Suatu hari mereka ber-bincang2 mengelilingi api unggun.
“ Sekarang bagaimana keadaan pemerintahan Poncowati, kapi Jembawan ? “
“ Yang ngurusi negara itu Kapi Mendo, rekan saya seangkatan. Ia itu jujur dan setia namun agak dungu sehingga sering diapusi staf2nya yang korupsi, nyolong, dll. Coba, piyé keadaan Poncowati, Anilo ? “
“ Payah. Angka pengangguran naik, indikator ekonomi memble, blah …. blah … blah … “ Anilo nerocos, mem-buruk2kan keadaan Poncowati.
“ Apakah Resi Subali tidak mengambil tindakan ? “
“ Sebenarnya sudah di-beritahu bahwa kewajiban beliau sebagai raja tentunya mengurus negara tetapi memang Gus Subali itu trahing pandito rembesing Brahmono. Ia hanya tepekur memuja semedi, persis ayahandanya “
“ Terus piye ? “
“ Malah waktu Gus Sugriwo masih di kasatrian Kiskendo keadaan lebih baik karena Gus Subali selalu tidak mau kalah. Kalau dikritik malah mau bertindak supaya negara makin baik. Ketika partai oposisi tidak ada. malah jadi seenaknya. “
“ Apa yang pernah dilakukan ? “
“ Kami pernah usulkan kepada beliau supaya menunjuk Gus Sugriwo yang mengurus negara dan Gus Subali bisa bertapa sak katogé. Tetapi malah ngamuk. Pokoknya, kalau mendengar yang namanya Sugriwo, pasti naik darah. Sesungguhnya Gus Subali sama sekali tidak berminat menjadi raja. Hanya karena tidak mau direbut adiknya ia bercokol disana. Akibatnya negara terlantar. Gerilyawan2 disini berupaya untuk menumbangkan beliau. “
“ Kapi Jembawan, sudah berapa lama bergerilya dan apa hasilnya ? “
“ Wah, sudah tahunan dan hasilnya nyaris tidak ada “
“ Usaha apa saja yang telah dilakukan ? “
“ Banyak. Kita pernah mendatangkan mafia Italia, Triad Cina, Ninja Jepang, bahkan preman2 dari RI, semuanya gagal terbunuh Resi Subali yang memang sangat digdoyo “
“ mengapa tidak menyurh Anoman saja yang digdoyo, lulusan Panglawung ? “
Anoman menjawab : “ Bukan. Tugas saya disini hanya melaksanakan perintah kanjeng mbok untuk menjaga oom Sugriwo. Saya tidak diperkenankan turut campur urusan kedua oom2 saya. Disamping itu, setahu saya tidak ada yang bisa mengalahkan oom Subali. Dewapun tidak berani sembrono dengan oom Subali.
Sauasana api unggun menjadi sunyi. masing2 tenggelam dalam pikiran masing2. Tiba2 Romo berujar :
“ Menurut pendapatku, memang Prabu Sugriwo yang lebih layak menjadi raja demi kepentingan negara dan masyarakat Poncowati. Bagaimana jika saya berikan bantuan mengalahkan Resi Subali “
“ Mengalahkan Kakang Subali ? Apa piyandelmu sampai berani berkata demikian ? “ Tiba2 Sugriwo bangkit dari kursi rodanya menyimak peluang mengalahkan abangnya.
Romo : “ Aku punya panah Guw … “
Belum selesai Anilo menginteupsi : “ Nuwun sewu, Mau menghadapi Resi Subali ? Tangèh lamun (mustahi)l …. “ Anoman ikut nimbrung : “ Satu lawan satu oom Subali tak akan terkalahkan. Bahkan dikeroyok sepuluhpun “ Anoman bicara dengan nada penuh kebanggaan akan kesaktian oomnya “ Saya telah mengukur keperwiraan anda, Anilo benar … mustahil … “
Anilo melanjutkan : “ Apalagi dengan senjata panah. Panah hanya bisa dilakukan dalam perang jarak jauh. Sebelum merentang gendewa, panah akan direbut duluan. Bahkan beliau mampu menangkap anak panah. “
Episode 34
Panah Nuklir.
“ Heh ! “ Jembawan berang “ Jangan pating clebung dulu. Dengarkan kata2nya dulu. “
“ Terimakasih Kapi Jembawan tetapi komentar2 tadi saya simak baik2. jika memang Resi Subali mampu merebut gendewo, ia harus direpoti dulu dengan berondongan anak panah dhimas Lesmono “
Anilo menyela lagi “ Nuwun sewu lagi, Resi Subali mampu membaca taktik lawan. Ia pasti bisa membaca taktik. Bukan maksud saya untuk meremehkan. Saya hanya minta anda berdua ber-hati2. Anda belum tahu Resi Subali. Salah2 ia mampu menangkap anda dan malah dijadikan perisai berondongan panah Radèn Lesmono “
Anoman nimbrung lagi setengah umuk : “ Jangan menganggap enteng oom Subali “
Kembali Jembawan marah2 karena diinterupsi terus “ Heh, bocah2, bisa diam tidak ? “
“ Jika memang begitu sakti, kita harus cari pengapesan Resi Subal1. “
Suasana kembali sepi. Semua me-mikir2 pertanyaan Romo. Tetapi tidak ada seorangpun yang bisa menjawab. Romo melanjutkan ujarnya “ Kapan beliau lengah. Jangan pas memuja semedi. Itu tidak dibenarkan “ Tiba2 Kapi Jembawan tersentak.
“ Gus Sugriwo ! Wah, Gus Subali itu kalau sudah lihat sosok Gus Sugriwo akan jadi mata gelap. Ia tidak peduli lagi dengan sekitarnya. Yang ada di benaknya hanya menghajar Gus Sugriwo. Membunuh kalau bisa “
“ Jika demikian “ Romo tersenyum penuh kemenangan “ Resi Subali harus diadu dulu dengan Prabu Sugriwo agar konsentrasinya terpaku kesitu. “
“ hwuaduh … ‘ Sugriwo mengeluh “ aku diumpankan ke kakang Subali. Tobat, mati aku, pasti dihajar sampai babak belur. Sekarang saja belum sembuh. Tidak usahlah … “
“ Jer basuki mowo beyo “ Jembawan menyemangati momongannya “ Jika sampean takut menghadapi kesulitan, apa kita akan jadi gerilyawan kéré seperti ini selamanya. Jika mau kemuliaan harus tahan sakit, dong. “
Sambil wodhah wadhuh Sugriwo menyatakan ketidak sanggupannya. Ia sangat jerih dihajar kakangnya. Belum2 perutnya sudah terasa mules, keringat dingin mengucur dan kakinya serasa dingin. Jembawan mulai mengompori lagi : “ Sudah ? Yo wis, jika memang iklas Dewi Toro dikeloni Gus Subali ya sudah. Saya mau jadi petani baé. “ Provokasi jembawan majur. Membayangkan kekasihnya dikeloni orang yang sangat dibencinya, keberanian Sugriwo bangkit kembali. Dalam bayang2 ketakutan akirnya dengan muka pucat pasi Sugriwo menyanggupi “ Oke, … oke … aku sanggup “
“ Jsdi, selama Resi Subali duel dengan Prabu Sugriwo dhimas Lesmono akan memberondong Resi Subali dengan panah. Ketika Resi Subali sibuk menangkiis brondongan2 panah itu dan konsentrasinya terpusat kepada Prabu Sugriwo, aku tembak dengan panah Guwowijoyo yang sakti ini “
Tiba2 dari kerumunan muncul suara “ Wah, itu bukan watak satria utama. Itu namanya pengecut, main kroyokan dan menikam dari belakang ! “
“ Heh, siapa itu ? “ Jembawan marah2 memandangi kerumunan “ Cah ora genah, tak tempilingi kowe 1 “ sambil di acung2kannya tinjunya ke kerumunan.
“ Menantang duel Resi Subali yang sangat digdoyo bukanlah sikap satria utama tetapi sikap satria guoblog “ Romo tersinggung dikatakan pengecut. “ Duel berhadapan satu lawan satu ibarat ular marani gebug. Jika memang niatnya mau bunuh diri, mengapa harus repot ? Nenggak Baygon sebotol lebih praktis. Mana tadi yang menyuruh nantang duel Resi Subali satu lawan satu ? Mana tadi yang clekopan, berani tidak nantang duel Resi Subali ? Ayo maju kesini ! ?Tunjukkan, mana tadi satrio utomo ?
Cep. Seketika itu juga perapian jadi sunyi sepi.
“ Nanti dulu, panah Guwowijoyo itu kelebihannya apa ? “ Jembawan minta klarifikasi. “ Lihat pohon Beringin raksasa dikejauhan itu ? “ Romo merentang gendewa dan panahnya mendesing menuju Beringin. Gleger ! Beringin meledak ambyar seolah kejatuhan bom dan hancur ber-keping2. Serpihan2annya beterbangan seperti kembang api dan ketika mendarat ditanah sudah menjadi abu semua.
Èèèng …. ing …. èèèèèèèèèng.
Episode 35
Senggono Suwito.
Semua bergumam kagum dan perapian yang semula penuh orang2 yang berdiri seenaknya pelan2 seperti menjadi tertib. Semua duduk kecuali tiga orang pembesar gerilyawan Reksomuko : Sugriwo, Jembawan dan Anoman. Anoman menarik nafas dalam2. Ia sedih, oomnya menghadapi bahaya pati. Ada orang2 yang berniat menjagalnya ramai2. Ia mengemban tugas biyungnya dan tidak diperkenankan mencampuri urusan oom2nya. “ Duh, oom Subali … ketiwasan oom … “ Anoman berkata dalam hati.
Retno Anjani perintahnya jelas, menjaga oom Sugriwo. Oom Subali tidak perlu dijaga karena beliau sudah sangat sakti, bisa menjaga diri. Tetapi emak Anoman tidak memperhitungkan adanya satrio tiban yang punya senjata berhulu ledak nuklir. Lebih celaka lagi, satria ini licik. Sesuatu yang tak pernah diajarkan di Akademi Panglawung. Masih terngiang dhawuh ibundanya, jangan turut campur. Anoman serasa hendak lari membangunkan oom Subali dari tapanya. “ …. Ketiwasan oom …. bangun oom … ada mara bahaya ! “ Tanpa terasa wajah Anoman menjadi sayu. “ Apa salahmu, oom … “
Disisi lain, Sugriwo seolah mengendus bau mayit. Bau mayat kakangnya. Hatinya ber-kobar2 melihat kedahsyatan panah sakti itu “ Mati kowe, kakang Subali. Ttiti mangsamu telah tiba. Ini hari2 pengapesanmu, kakang Subali, …. modiar kowe … “ Tiba2 sakitnya tidak dirasakan lagi. Ia sudah tidak mampu berpikir lebih jauh lagi. Yang penting kakangnya mati. Apapun biayanya. Bahkan jikapun ia harus babak belur dihajar kakangnya. Kapi Sugriwo menjadi beringas. matanya me-nyala2. Ia tidak pernah bisa menerima selalu dijadikan bulan2an. Hatinya getir kekasihnya dikeloni kakangnya. “ Aku yang bakal madheg narendro, kakang. Bukan kamu … ketauhilah kakang, diajeng Toro menantiku. Mati kowe, kakang Subali …. “ Sugriwo mendengus.
Memperhatikan Anoman yang sayu Romo memanggilnya. Romo menyukai anak muda ini “ Datanglah kesini, Anoman. “
Anoman mendekat dan duduk terpuruk tanpa daya. Ia sangat kuatir akan nasib oom Subali. Ia lupa bahwa ia lulusan Panglawung. Rasanya ia akan bersujud menyembah kaki Romo, minta pengampunan agar oomnya tidak dibantai.
“ Mengapa kamu tampak sangat bersedih ? “ Sambil tersenyum simpatik Romo bertanya.
Anoman sudah lupa dengan perintah ibunya. Ia akan cawe2. Dengan suara menggeletar nyaris tak terdengar dan muka terpekur nyaris mencium bumi, Anoman berkata : “ Oom Subali jangan dibunuh, Gusti “ Anoman tidak menyadari bahwa jika Resi Subali ada disitu, oomnya pasti akan marah bukan alang kepalang melihat sikap Anoman. Subali minta ampun ? Ini bukan wataknya. Wanoro digdoyo itu pantang minta ampun. Lagipula, siapa satria tiban ini ? Bagi Subali, dengan sekali gasak, rompal seluruh gigi Romo.
Sambil jongkok Romo bertanya “ Anoman, jika aku tanding satu lawan satu dengan oommu, siapa yang akan menang ? “ Anoman menjawab dengan mantap : “ Oom Subali “
“ Kalau kugunakan panah nuklir ? “ Romo mengangkat wajah Anoman agar tidak tertunduk ketanah.
“ Tetap oom Subali yang menang “ Anoman tidak ragu2 menjawab. Ia mulai berani menatap Romo.
“ Lah, kalau begitu mengapa kamu sedih ? Oommu akan kalah ? Jika oommu tidak kalah, mengapa kamu minta kepadaku untuk tidak membunuh ? “ Sambil berkata begitu Romo membetulkan postur Anoman agar kembali tegak layaknya prajurit perkasa. “ Siapa yang bisa menyelamatkan hidup oommu ? Coba pikir masak2. “
Suasana sunyi senyap menunggu reaksi Anoman. Tiba2 secercah cahaya melintas dimata Anoman. Sikapnya yang semula loyo berubah drastis. Ia kembali duduk dengan sikap satria perkasa kembali.
Dengan sikap tegap sebagaimana layaknya seorang prajurit, Anoman tiba2 menyembah dan berkata : “ Saya Kapi Senggono Anoman mohon agar diperkenankan suwito kepada Gusti. Saya siap melaksanakan semua perintah “
“ Kuterima suwitamu Kapi Maruti. Kau benar2 lulusan Panglawung yang cerdas “
Episode 36
Gerakan Makar.

Semua yang ada disitu kebingungan dengan perubahan sikap Anoman. Anilo tidak tahan, bertanya : “ Ada apa ini ? Tolong jelaskan se-jelas2nya “
“ Didunia ini rasanya tidak ada yang bisa mengalahkan oom Subali. Bahkan dikeroyok dan direka daya bagaimanapun oom Subali tidak akan terkalahkan. Jika sampai terbunuh, yang membunuh bukan Gusti Romowijoyo tetapi oom Subali sendiri.
“ Lho, … ? “ Anilo thingak thinguk tidak paham penjelasan Anoman “ Apakah Resi Subali lantas menusukkan anak panahnya kejidatnya sendiri ? “
“ Bukan begitu. Jika memang oom Subali Resi yang sempurna, beliau akan memaafkan semua orang. Termasuk oom Sugriwo. Jika bisa begitu, ia tidak akan terbebani dendam kesumat dan selalu éling dan waspodo. Sulit untuk lengah. Skenario konspirasi rojopati akan gagal total karena oom Subali akan mampu menebak taktik itu dan selamat. Bahkan panah nuklir itu akan mampu ditangkapnya. Celakalah kalau ia lempar balik ke penyerangnya.
Jika batinnya masih dikotori oleh dendam kesumat, yang tidak seharusnya terjadi pada seorang resi maka kewaspadaannya akan berkurang banyak. Mudah dilimpé dan diindik. Jika sampai terbunuh, yang membunuh bukan musuhnya, tetapi dendam kesumat yang membuta tulikan oom Subali. Di jagad pewayangan, nyaris tidak ada yang bisa membunuhnya kecuali oom Subali sendiri.
Semua yang disitu manggut2 menerima penjelasan Anoman.
“ Aku tadi kliru. Minta agar gusti Romo tidak mencelakai oom Subali. Kliru, tidak ada seorangpun yang bisa mencelakai oom Subali kecuali Resi Subali sendiri. “
“ Brilliant kowé “ kata Jembawan sambil manggut2. “ Wah, tiwas ngimpor Ninja dari Jepun segala macam jebul yang bisa mengalahkan malah didepan mata. Dasar otak memble “ ia me-mukul2 kepalanya sendiri, menyalahkan kebodohannya. “ brilliant kowé, Anoman. “
“ Bukan, bukan saya yang briliant. Itu Gusti Romowijoyo “ Katanya sambil menyembah Romo. “ Beliau janmo pinilih. Itu sebabnya saya suwito kepadanya “ Seperti diberi aba, semua menyembah Romo. Hanya dalam beberapa hari Romo naik pamornya. Satria tiban karismatik ini benar2 mengagumkan gerilyawan Reksomuko. Ia digdoyo, menggendong senjata maut, lembah manah merak ati, santun, religius, dan sangat cerdas. Kurang apa lagi ?
Semua yang ada disitu sudah diambang keputusan menghadapi ketangguhan Resi Subali. Hampir semuanya berniat menyerah. Semua sudah pusing men-cari2 pengapesan Resi Subali. Romo hanya butuh beberapa menit.
Nglurug tanpo bolo – Romo praktis telah menundukkan Gerilyawan Reksomuko. Belum sampai kepalagan, tak seorangpun ragu akan kelebihan Satria Pangulandaran ini. Tanpa menumpahkan darah, Romo telah merebut perhatian para gerilyawan. Tetapi, hardisk dikepala kapi Jembawan ber-putar2. ada lampu menyala dibenaknya. Dengan hati2 Kapi Jembawan, wanoro senior bicara : “
“ Lantas, apa yang bisa kami perbuat untuk bantuan Radèn ? “
“ Ah, jangan khawatir Kapi Jembawan. Aku hanya membantu Prabu Sugriwo ke tempat yang seharusnya. Agar rakyat Poncowati mendapatkan pemimpin yang lebih baik. Keduakalinya, agar dewi Toro dapat bersanding dengan pria yang mencintainya. Tidak penting apa keinginanku. “
Jembawan bukan wanoro yang baru lahir kemarin, ia me-nebak2 : “ Apakah Radèn Romo sudi menerima Kiskendo sebagai tanah perdikan ? “
“ Ah, jangan repot2. Aku punya keprabon yang jauh lebih besar dari Kiskendo. Pendapatan perkapita Ayudyo 15-20 kali dari Kiskendo, Kapi Jembawan. Saat ini negara dikangkangi rezim emban Mantoro. Keadaannya kurang lebih mirip Poncowati. Banyak terjadi KKN disana. Suatu saat nanti akan kurebut kembali tahtaku yang hilang. Demi rakyat Ayudyo. “
“ Lha, rak tenan ! “ Jembawan membatin. Ia sudah menangkap kemana arah pembicaraan “ Apakah Radèn menghendaki wadyobolo Poncowati untuk merebut kembali tahta Ayudyo “
“Ttidak, aku kesini tak lebih hanya akan menolong Prabu Sugriwo agar madheg narendro …
Episode 37
Koalisi Buron.
Memang dharmaku sebagai satrio untuk selalu toh nyowo, menyabung nyawa membantu yang lemah. Tidak perlu repot2 “ Romo berbasa basi.
“ Lha, rak tenan manèh “ Kembali Jembawan berkata dalam hati. Sugriwo sudah kemrungsung (bhs Indonesiane opo, see) ingin rencana ini dilaksanakan. Rasanya ia akan megiakan apa saja permintaan satria tiban itu. Jembawan membaca apa yang berkecamuk dibenak momongannya yang disayanginya. Ia mengerdipkan mata mau bicara. Sugriwo paham. Ia menutup mulutnya dan membiarkan Kapi Jembawan bicara.
“ Seumpama kita sanggupi, jika Ayudyo besarnya 15 kali lipat dari kita, nanti warga Poncowati habis ! Poncowaticuma jadi kerajaan tanpa rakyat. Belum lagi kalau kita kalah dan terbunuh. Belum biayanya. Nanti gus Sugriwo jadi raja kéré mrongos. Percuma ! Ayudyo itu dimana ? jauuuuh, pasti biayanya besar sekali. “
“ Tidak seketika, Kapi Jembawan. Kita akan melakukannya bertahap. Yang pertama, kita harus mengembalikan tahta kepada Prabu Sugriwo. Kemudian kita lakukan militerisasi Poncowati. Poncowati punya segudang agul2 seperti Anoman, Anilo dll. Sedudah itu Poncowati akan melaksanakan expansi militer besar2an. Negara2 kecil disekitar kita akan kita taklukkan. Negara2 taklukan ini akan menyediakan sumber daya yang kita perlukan. Prajurit, senjata2, biaya2, dll.
Semua yang hadir disitu terpesona dan terstimulasi oleh visi Radèn Romowijoyo. Bertahun mereka dilanda keputus asaan karena Resi Subali yang terlalu kuat. Mereka hidup dalam kegetiran dan kemiskinan. Kini ada satria tiban memberikan secercah harapan. Anoman, Anilo dan semua pandego gerilyawan terusik oleh sebuah tantangan : Expansi Militer ! Kata2 ini menyalakan naluri bertarung para gladiator. Dengan ma-kantar2 Romo medhar visi dan misi barunya. Seperti bensin terpercik api, para gerilyawan tiba2 ber-kobar2 mendengar uraian Romo.
Yang terjadi adalah aliansi dua manusia yang terbuang. Romo terpental dari singgasananya. Sugriwopun begitu, ia harus turun tahta. Dua2nya merasakan pahitnya menjadi orang yang dipinggirkan. Yang dihina, dan dihajar. Dua2nya buron. Tumbu antuk tutup. Dua2nya saling menolong. Symbiose mutualistis. Lung tinulung dan lung tinampèn (take & gave). Romo akan membantu Sugriwo jumeneng noto dan Sugriwo nantinya akan membantu merebut kembali tahta Romo yang dikangkangi emban Mantoro. Koalisi yang sangat kukuh, bukan seperti koalisi partai2 politik RI yang rapuh. Kena angin sedikit saja ambyar.
Sinto samasekali tidak dirembug. Bagaimanakah keadaan Sinto sekarang ? Sinto sekarang sudah sangat berbahagia. Ia tinggal di taman Asoka dengan replika hutan Dandoko dan juga ada sungai buatan untuk mengenang malam2 indah ketika sebatang pilar legam menjulang. Terkadang ada rasa bersalah hinggap didada Sinto. Rasa bersalah seorang istri yang meninggalkan suaminya. Kadang2 dengan sedih ia mengingat masa2 itu, ketika ia ditinggal suaminya kelonan dengan laki2 lain. Namun, kegalauannya ditepisnya jauh2. Ia tahu bahwa mantan suaminya bukan manusia sembarangan.
Sinto sekarang sudah tidak seperti dulu. Ia telah menjadi ibu yang sangat berbahagia. Anaknya deberi nama Dityo Kolo Rahmuko. Ia adalah garwo kinasih Prabu Rahwono sang maharaja yang kaya raya. Sinto bergelimang mas picis rojobrono. Kehidupannya tidak jauh dari pesta2, bujono ondrowino, tetembangan, menari, dll. Makin lama cintanya kepada Rahwono makin mendalam. Ia menghormati nyai ratu Dewi Mandori (Tari?) istri senior Dosomuko. Sinto sekarang sudah tidak selangsing dulu. Badannya mekar menjadi tambun. Wajahnya masih secantik Hapsari tetapi bodynya bengkak menjadi setambun Dewi Hughes. Big & Beauty.
Prabu Rahwono sudah bukan lagi penyamun. Sejak bertemu Sinto keberingasannya surut jauh. Ia lebih religius. Sebagian orang Srilangka menyebutnya Mahatma Rahwono (silahkan cari di google – pasti ketemu). Mantan penyamun itu makin mencintai bini mudanya. Pasangan Beauty & the Beast itu runtang runtung memadu kasih sembari membawa anaknya yang terkasih. Rahwono yang sepanjang karirnya bersimbah darah kini telah menjadi mantan penyamun, suami yang baik dan ayah yang sangat mencintai putranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar