Suyudana Gugur
Suyudana menjawab: “Bukan aku tetapi aku ingat kepada keluargaku yang telah bela pati dan memohon kepada Dewata agar mereka dimasukkan surga. Mengenai engkau menginginkan kerajaan, aku rela memberikannya, sementara aku akan merantau ke tempat lain tidak akan tinggal di negeri ini,” kilahnya. “Akhh, tidak pantas tuan berkata begitu. Tuan harus perang tanding. Silahkan pilih siapa lawan tuan akan kami siapkan,” Yudhistira membesarkan hati Duryudana. Akhirnya raja Astina itu menurut dan memulihkan keberanian dan rasa percaya diri. Dan dia mengetahui siapa pun lawannya. Apabila dia menang, maka kerajaan Astina akan tetap menjadi miliknya. Akhirnya diputuskan oleh pengatur jalannya perang, bahwa lawan Suyudana adalah Bima.
Demikianlah perang tanding itu disaksikan banyak kalangan antara lain Prabu Baladewa yang berpendirian netral. Ternyata dalam perang tanding itu, Bima hampir-hampir tidak tahan menghadapi kelincahan Suyudana dan lupa di mana kelemahan lawannya itu. Kresna segera meminta Arjuna berpura-pura menepuk pahanya supaya dapat dilihat Bima. Bima pun waspada dan ia ingat bahwa kelemahan lawannya itu di pahanya. Ketika Bima hendak menggebuk punggunnya. Suyudana meloncat terlalu tinggi sehinga gada Bima mengenai paha kirinya dan tak ampun lagi seketika ia roboh tak berdaya. Saat itu lah kutukan resi Maitreja terjadi, maksud baik malah disiksa dan dihina. Walaupun Suyudana telah roboh tetapi Bima masih terus menghajarnya, kepalanya diinjak-injak, mukanya di jotos berulang kali tubuhnya diluluh bagaikan binatang. Walau Suyudana berteriak minta tolong tapi tak dipedulikan hingga penonton yang menyaksikan turut merasakan ngerinya siksaan itu.
Melihat adegan mengerikan Baladewa murka dan berteriak: “Hei Bima, kau melanggar aturan, musuh sudah kalah kau memukulnya terus. Dan kau bertanding curang memukul anggota badan dari batas udal ke bawah yang tidak diperbolehkan aturan perang,” teriaknya emosi. Dan saat itu pula Baladewa akan melepas jemparing ke arah Bima. Bima tak tingal diam ia akan menubruknya, tetapi dengan sigap pula Kresna menghadang di antara keduanya dan dengan nada lirih menerangkan, bahwa Bima menggebug paha Suyudana bukan dengan sengaja, melainkan suyudana meloncat terlalu tinggi hingga gada tepat mengenai paha kirinya. Sesuai sifatnya yang mudah marah tapi mudah pula baik, Baladewa pun mengerti dan berlalu.
Demikianlah akhir riwayat Duryudana yang penuh berlumuran dosa sekaratnya pun tersiksa tak mati seketika tetapi merasakan dahulu akibatnya tak berdaya seperti sakitnya orang-orang yang pernah disakiti olehnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar