Sejarah Wuku
Wuku adalah
perlambang dari sifat-sifat manusia yang dilahirkan pada hari-hari tertentu
seperti layaknya horoskop atau perbintangan yang kita kenal. Adapun maksud dan
tujuan diciptakan wuku oleh para leluhur Jawa ,adalah untuk mengetahui karakter
manusia pada sisi kebaikkan dan
keburukkannya ,saat-saat sialnya, dan doa penangkal dan keslamatannya.
Adapun sejarah
asal-usulnya wuku yang berjumlah 30 macam sebagai berikut :
Di ceritakan ada dua
putri bersaudara yang bernama dewi Shinta dan dewi Landep, dua-duanya
diperistri oleh seorang pandita yang bernama resi Gana., resi Gana ini adalah
putra ari bethara Temburu dalam ceritanya dalam memperistri dua putri tersebut,
resi Gana belum mendapatkan putra dan cintanya dikarenakan usianya yang sudah
tua serta berburuk rupa, pada suatu malam karena cinta kasihnya pada salah satu
istrinya ( dewi shinta ) sang Resi mendapatkan kekecewaan karena perilaku sang
dewi Shinta tersebut.
Sehingga menyebabkan
sang Resi menjadi muksa ( menghilang secara gaib ). Pada saat itu sang Resi
sempat mengucap / bersabda kepada dewi Shinta “ Pada suatu kelak nanti wiji
yang tertanam dalam rahimnya akan menghasilkan anak laki-laki agar diberi nama
“
Raden Watu Gunung “
Singkat cerita dewi Shinta akhirnya hamil dan mendapatkan seorang anak laki-laki
yang diberi nama seprti sabda tersebut, sang bayi menjelang akhir dewasa nafsu
makannya luar biasa / tidak lumrah seperti bayi-bayi yang lain, hingga pada
sutau saat ketika dewi Shinta menanak nasi Raden Watu Gunung mengis
sesengguhan, saking kesalnya dewi Shinta memukul dengan entong ( sendok nasi )
kemudian Watu Gunung kecewa sekali lalu pergi tanpa pamit.
Setelah selesai
menanak nasi dewi Shinta mencari putranya, akan tetapi tidak pernah ketemu.
Saking susah hatinya dewi Shinta dibantu dewi Landep bertapa di pedepokan (
rumahnya ) dalam pertapaannya akhirnya dua putri tersebut mendapatkan kesaktian
yang luar biasa, sehingga banyak pandita-pandita yang lain banyak belajar ilmu
dan ingin melamarnya. Tetapi semuanya ditolak, bahkan ada seorang resi yang
sangat sakti pun yaitu Resi Tama bahkan ingin memaksanya untuk memperistrinya.
Hal ini mengakibatkan dua putri tersebut lari tunggang langgang, inipun masih
dikejar resi Tama. Para Pandita yang lain mendaptkan kabar ini akhirnya
berbalik menjadi belas kasihan dan akhirnya memburu sang Resi Tama. Dalam
peperangan sang Resi Tama dapat mengalahkan semua resi-resi tersebut, bahkan
terus mengejar dua putri tersebut sampai ke negara Medangkamulan dengan rajanya
Manuk Madewa yang masih berdarah betara Brahma, dengan patihnya berjuluk Patih
Citro Dana. Di negara inipun sang Prabu Manuk Madewa juga kasamaran terhadap
kecantikan kedua putri tersebut. Sang Putri agaknya mau dengan syarat : “ Bisa
mengalahkan sang Resi Tama yang mengejar-ngejar tersebut “ akhirnya dikerahkan
bala tentara untuk memerangi sang resi Tama dibawah pimpinan patih Citra Dana,
namun dalam peperangan tersebut prajurit dari negeri Medang Kamulam
kocar-kacir.
Diceritakan Raden
Watu Gunung setelah terpukul oleh entong ( sendok makan ) tersebut sampai di
hutan Selo Gringging, luka dikepala akibat pukulan ibunya akhirnya sembuh
sendiri dan berbekas. Pada suatu saat Raden Watu Gunung bertemu dengan
masyarakat di sekitar hutan tersebut yang sedang mengadakan kendurian atau
keselamatan, Raden Watu Gunung ikut dalam selamtan tersebut namun banyak
melahap makanan yang disajikan diluar batas kewajaran. Sehingga mengakibatkan
kemarahan masyarakat akhirnya dianiaya berramai-ramai, dalam penganiayaan
tersebut ternyata Raden Watu Gunung tidak merasakan kesakitan bahkan terus
melahap makanan yang tersaji, hal ini mengakibatkan keheranan masyarakat yang
akhirnya malah sang Raden Watu Gunung dijadikan Raja diwilayah tersebut, bahkan
dibuatkan keraton dan diangkat raja dengan gelar Prabu Watu Gunung. Pada suatu ketika
sang Prabu mendengar cerita bahwa di negara Medang Kamulan terjadi peperangan
yang disebabkan seorang Resi Tama sedang memperebutkan dua orang putri yang
cantik jelita, sehingga Prabu Watu Gunung pun ingin ikut memperrebutkannya.
Akhirnya Prabu Watu Gunung bertolak ke negara Medang Kamulan lalu berhadapan
langsung dengan sang Resi Tama. Bahkan akhirnya dapat mengalahkan Resi Tama.
Namun ketika Resi Tama dapat dikalahkan Raden Watu Gunung, yang terdengar kabar
di istana Medang Kamulan adalah patihnya yang bernama Citra Dana dalam
perjalanannya menuju ke istana sang patih tersebut dielu-elukan, bahkan sang
Prabu Manuk Madewa ikut membangga-banggakan atas kesaktian patihnya. Hal ini
terdengar oleh Prabu Watu Gunung, yang menyebabkan kekecewaannya.
Singkat cerita
terjadi peperangan lagi antara Prabu Watu Gunung dengan Prabu Manuk Madewa yang
akhirnya Prabu Manuk Madewa tewas. Dan akhirnya menjadi raja di Medang Kamulan
yang kemudian kerajaan tersebut diganti nama negara Giling Wesi, bahkan dua
orang putri tersebut diangkat sebagai permaisurinya. Diceritakan lagi setelah
istri sang Prabu Watu Gunung, dewi Shinta melahirkan putra yang selalu kembar
sampai 13 kali ( kecuali yang nomor 14 ) sehingga jumlah putra sang prabu 27
:
1. Raden Wukir kembar dengan Raden Kurantil
2. Raden Tolu kembar dengan Raden Gumbreg
3. Raden Warigalit kembar dengan Raden
Warigagung
4. Raden Djulungwangi kembar dengan Reden
Sungsang
5. Raden Galungan kembar dengan Raden
Kuningan
6. Raden Langkir kembar dengan Raden
Mandasija
7. Radem Djulungpujud kembar dengan Raden
Pahang
8. Kuruwelut kembar dengan Raden Marakeh
9. Raden Tambir kembar dengan Raden
Madangkongan
10. Maktal kembar dengan Raden Wuje
11. Raden Manail kembar dengan Raden Prangbakat
12. Raden Bala kembar dengan Raden Wugu
13. Raden Wajang kembar dengan Raden Kuwalu
14. Raden Dukut tidak kembar
Singkat cerita pada
suatu ketika dewi Shinta diperintahkan untuk mencari kutu di kepala Sang Prabu
Watu Gunung, betapa terkejutnya sang dewi Shinta melihat bekas luka kepala sang
prabu, yang mengingatkan kejadian putranya di waktu dulu, sang prabu bahkan
sempat menceritakan asal mualasan luka tersebut, yang ternyata dewi shinta
adalah ibunya sendiri terjadilah keharuan yang luar biasa, betapa berat cobaan
hidup ini, dan betapa memalukan kejadian ini. Sehingga diniatkan jangan sampai
rahasia ini diketahui orang lain, sambil menangis dewi Shinta berkata “
Sababing Karuna Ajalaran Saking Kepengine Duwe Maru Widodari Kahyangan “ yang
artinya tangisnya dikarenakan keinginan untuk mengawinkan anaknya dengan sang
bidadari kahyangan. Dikarenakan keterlanjuran cintanya pada sang dewi Shinta
sang Prabu mengumpulkan semua putranya dan memerintahkan prabu Raden Prangbakat
untuk naik ke kahyangan bertemu dengan Bathara Guru lalu memohon seorang
bidadari bernama dewi Sri untuk diperistri sang Prabu dengan cara
tebak-tebakan.
Diceritakan di
kahyangan: Djunggring Salaka Sang Hyang Guru : Resi Narada didatangi oleh Raden
Prangbakat atas pesan bapaknya : dengan membawa dua buah ayam peking dimana
Bathara Guru (putra Bathara Wisnu) dipersilahkan menebak mana yang jantan dan
mana yang betina. Bathara Wisnu menjawab “yang betina adalah yang bertelinga
bolong dan yang jantan yang bertelinga mampat”. Namun dalam ceritanya di
kahyangan niat Watu Gunung dianggap merusak tatanan wilayah kahyangan kemudian
Bathara Wisnu memimpin untuk (Ngluruk)-mendatangi sang Prabu di Gilingwesi
akhirnya terjadilah peperangan para dewa dengan sang prabu didahului dengan
perang putra-putra sang prabu yang dikepung oleh pasukan para dewa. Dalam
peperangan tersebut yang dipimpin oleh Prabu Watu Gunung sendiri ternyata sulit
dikalahkan. Akhirnya Bathara Wisnu mencari tahu kelemahan sang prabu dari
putranya sendiri yaitu Raden Srigati yang kemudian Raden Srigati mengutus Wil
Awuk sebagai mata-mata untuk mengetahui kelemahan Watu Gunung. Wil Awuk merubah
dirinya menjadi ular kecil (ulo kisi) diceritakan Wil Awuk berhasil masuk ke
tempat pelaminan sang prabu yang pada saat itu sedang menceritakan tentang
kesaktiannya kepada sang dewi Shinta yang disana sempat diceritakan tentang
rahasia kelemahan sang prabu dimana hari naasnya jatuh pada hari anggara kasih
jam 12 siang (bedug awan) yaitu pada hri yang sama saat kelahiran Raden
Galungan yang juga bersamaan saat Watu Gunung mengalahkan Prabu Manuk Madewa.
Kelemahan ini akhirnya dipakai oleh Bathara Wisnu untuk menumpas kerajaan
Gilingwesi dan akhirnya tumpaslah sudah kerajaan tersebut. Pada akhirnya
diceritakan dewi Shinta dan dewi Landep masih hidup dan menangis memohon Sang
Hyang Jagad Noto untuk memohon keadilan kemudian turunlah Resi Narada diutus
untuk memberitahukan sebab musababnya yang ternyata disebabkan kesalahannya
sendiri yaitu memberitahukan kelemannya kepada Sang Dewi Shinta dimana
terdengar oleh Wil Awuk.
Sebagai gantinya sang
dewi akan dikabulkan permintaannya asalkan tidak meminta hidupnya kembali sang
Watu Gunung besarta putranya sedangkan permintaan sang dewi Shinta hanya ingin
Watu Gunung dan semua putranya dimaafkan kesalahannya dan masuk surga
bersama-sama dengan dewi Landep. Permohonan ini dipenuhi oleh Sang Hyang Jagad
dimana urut-urutan masuk surga adalah :
1. dewi Shinta
2. dewi Landep
kemudian diikuti
ke-27 putranya yang terakhir Watu Gunung (no 30)
oleh Bathara Wisnu ke
tiga puluh nama tersebut dijadikan dasar perhitungan Wuku
WUKU dan KELAHIRAN
Tiap-tiap wuku
mempunyai watak sendiri-sendiri. Watak wuku dapat dipergunakan untuk mengetahui
dasar watak bayi lahir :
1. Sinta..dewanya
sangyang Yamadipati = seperti pendita, wataknya seperti raja, banyak tingkah,
keras, bahagia, kaya harta benda. Memanggul tunggul = mempunyai kesenangan
hidup. Kaki belakang direndam dalam air = perintahnya panas depan dingin
belakang. Pohonnya : Kendayakan = jadi pelindung orang sakit, orang sengsara
dan orang minggat.
Burungnya : Gagak =
mengerti petunjuk gaib. Gedungnya didepan = memperlihatkan kekayaannya, pradah
hanya lahir. Bahayanya : Setengah umur. Tangkalnya : selamatan nasi pulen beras
sepitrah dikukus, lauknya daging kerbau seharga 21 keteng dimasak pindang,
membelinya tidak menawar. Selawatnya 4 keteng. Doanya : Tolak bilahi. Candranya
: Endra = gemar bertapa brata, angkuh, suka kepada kepanditan. Ketika kala wuku
berada ditimu laut, selama 7 hari tak boleh mendatangi tempat kala.
2. Landep.dewanya
sangyang Mahadewa = bagus rupanya, terang hatinya, gemar bersemadi. Kakinya
direndam dalam air = perintahnya keras
didepan kendur dibelakang, kasih sayang.
Pohonnya : Kendajakan = jadi pelindung orang sakit, orang sengsara dan orang
minggat. Burungnya : Atatkembang = jadi kesukaan para agung, jika menghambakan
diri jadi kesayangan. Gedungnya didepan = memperlihatkan kekayaannya, pradah
hanya lahir.
Bahayannya :
korobohan pohon. Tangkalnya : Selamatan tumpeng beras sepitrah dikukus. Lauknya
daging rusa dicacah lalu dibakar. Selawatnya 4 keteng. Doanya : Kabul.
Candranya : Surating raditya = tajam ingatannya, dapat mengerjakan segala
pekerjaan, dapat menggrirangkan hati orang lain.
3. Wukir.dewanya
sangyang Mahayekti = besar hatinya, menghendaki lebih dari sesama. Tunggalnya :
didepan = akhirnya hidup senang. Menghadapi air di jembung besar = baik budi
pekertinya. Pohonnya : Nagasari = bagus rupaya, sopan-santun, jika bekerja
dicintai oleh majikannya. Burungnya : Manyar = tak mau kalah dengan sesama,
dapat mengerjakan segala pekerjaan. Gedungnya didepan = memperlihatkan
kekayaannya, pradah hanya lahir. Bahayanya : dianiaya.
Penaangkalnya :
selamatan nasi uli, beras sepritah dikukus, daging ayam ayam putih dimasak pakai
santan dan sayur lima macam. Selawatnya 4 keteng. Doanya rajukna. Candranya :
Gunung artinya jika didekati sulit dan berbahaya jika dilihat dari jauh
menyedapkan pemandangan. Ketika kolo wuku berada ditenggara, dalam 7 hari tidak
boleh mendatangi tempat kolo.
4. Kurantil.dewanya
sangyang Langsur = pemarah. Memanggul tunggal = akhirnya mendapat kesenangan
hidup. Air dalam jimbung besar disebelah kiri = serong hatinya. Pohonnya :
Ingas = tak dapat untuk berlindung, karena panas. Burungnya : Salinditan = tangkas.
Gedungnya terbalik didepan = murah hati. Bahayanya : jatuh memanjat.
Penangkalnya :
selamatan tumpeng beras sepitrah dikukus, lauknya daging ayam lereng dipecal.
Selawatnya 7 keteng. Doanya : rajukna dan pina. Candranya : Woh-wohan = tak
tentu rejekinya.Ketika kolo wuku berada dibawah, dalam 7 hari tak boleh turun
dari gunung dan tak boleh menggali tanah.
5. Tolu.dapat
menyenangkan hati orang lain, kalau marah berbahaya, tak dapat dicegah,
Tunggulnya : dibelakang = kebahagiannya terdapat dibelakang hari. Pohonnya :
Wijayamulya = sangat indah rupanya, tajam roman mukanya, tinggi
adat-istiadatnya, teliti, suka pada kesunyian, selamat hatinya. Burungnya :
Branjangan = riang tangan, cepat bekerjanya. Gedungnya didepan = suka
memperlihatkan kekayaannya, pradah hanya lahir. Bahayanya = ditanduk atau
disiung.
Penangkalnya :
selamatan nasi uduk beras sepitrah dikukus, lauknya daging ayam dimasak dengan
santan. Selawatnya 3 keteng. Doanya : Kabul. Candranya : Wangkawa = angkuh,
tidak tetap, suka bohong.Ketika kolo wuku berada dibarat-laut, dalam 7 hari tak
boleh mendatangi tempat kala.
6. Gumbreg.dewanya
sangyang cakra = keras budinya, segala yang dikehendakinya segera tercapai, tak
mau dicegah, pengasih. Kakai sebelah yang didepan direndam dalam air = perintahnya
dingin didepan, panas dibelakang. Pohonnya : beringin = jadi pelindung
keluarganya, budinya tinggi. Burungnya : ayam hutan = liar, dicintai oleh para
agung, suka tinggal ditempat sunyi. Gedungnya dikirikan = penyayang, jika marah
taka sayang kepada harta bendanya.
Bahayanya : tenggelam
atau kejatuhan dalam. Tangkalnya : selametan nasi pulen beras sepitrah dikukus,
lauknya daging ayam berumbun yang masih muda dan daun-daun 9 macam. Selawatnya
4 keteng. Doanya : Rajukna. Candranya : Geter nekger ing wijati = hening
pikirannya, perkataannya nyata redhoan.Ketika “kala wuku” berada di Selatan
menghadap utara, dalam 7 hari tidak boleh memandang wajah kala.
7. Warigalit, dewanya sangyang asmara = bagus
rupanya sering lawin, cemburuan, sedihan hati, sulit dijalani, tidak mau
berhenti. Pohonnya : sulastri = bagus rupanya, banyak yang cinta. Burungnya :
kepodong – cemburuan, tak suka berkumpul dengan orang banyak. Bahayanya :
tersangkut suatu perkara.
Tangkalnya :
selametan nasi urap beras sepitrah dikukus, lauknya daging kerbau ranjapan
(pembelian bersama-sama), dimasak getjok. Selawatnya 8 keteng. Doanya : tolak
bilahi. Candranya : kaju kemladean ngajak sempal = dimana-mana dapat tumbuh.
Ketika “kala wuku” berada diatas, dalam 7 hari tidak boleh mendatangani tempat
kala.
8. Warigagung, dewanya sanghyang mahajekti =
berat tanggungannya, berkeinginan. Tunggulnya : dibelakang – rejekinya
dibelakang hari. Pohonnya : cemara = rame bicaranya, lemah lembut perintahnya
dan dihormati. Burungnya : betet = keras kemauannya, pandai mencari kehidupan.
Gedungnya dua buah dibelakang dan
didepan = ichlasnya hanya setengah. Bahayanya : dimarahi temannya.
Penangkalnya :
selamatan nasi uduk bers sepitrah dikukus, lauknya daging bebek dimasak gurih
dan daun-daunan 5 macam. Selawatnya 5 keteng. Doanya : rasul. Candranya : Ketug
lindu = menepati perkataannya, jika marah menakutkan, tidak mau menerima
takdir. Ketika “kala wuku” berada di utara menghadap ke selatan, dalam 7 hari
tidak boleh mendatangani tempat kala.
9. Julungwangi, dewanya sanghyang sambu = tinggi
perasaannya, tidak boleh disamai. Mengahadap air dijembung = pradah ikhlasan,
akan tetapi harus diperlihatkan harum = dicintai oleh orang banyak. Burungnya
kutilang = banyak bicara dan perkataannya dipercayai orang, dicintai para
pembesar.
Bahayanya : diterkam
harimau. Tangkalnya : selamatan nasi pulen beras sepitrah dikukus, lauknya
daging ayam brumbun dan uang suwang (+/- 81 ½ sen). Selawatnya : kucing. Doanya
Tolak bilahi. Candranya : kasturi arum angambar = segala kehendaknya belum
terjadi telah tersiar banyak yang cinta.
10. Sungsang, dewanya
sanghyang gana = pemaranh, gelap hati. Air dijebung didepannya +/- pradah,
ikhlasan, harus diperlihatkan pemberiannya, banyak rejekinya. Pohonnya :
tanganan = tak suka menganggur, keras budinya, suka kepada kepunyaan orang
lain. Burungnya : nori = pemboros, jauh kebahagiaannya, murka. Gedungnya
terbalik dibelakang = ikhlasan dengan tidak pakai perhitungan.
Bahayanya : kena
besi. Tangkalnya : selamatan nasi megana dan tumpeng betas 2 pitrah,
daun-daunan 9 macam dicampur dalam tumpeng. Selawatnya 10 keteng. Doanya :
Kabul. Candranya : sekar wora-wari bang = besar amarahnya, tetapi mudah
dicegah. Ketika “kala wuku” berada di timur dalam 7 hari tidak boleh
mendatangani tempat kala.
11. Galungan, dewanya
sangyang Komajaya = tetap hatinya, dapat melegakan hati susah, cinta pada
perbuatan baik, jauh kepada perbuatan jahat. Memangku air dalam bokor =suka
bersedekah, pengasih, sedikit rejekinya. Pohonnya : Tanganan = ringan tangan, tak mau berhenti, keras
budinya, suka kepada kepunyaan orang lain. Burungnya : Bido = besar nafsunya,
murka.
1. Bahayanya : berselisih.Penangkalnya :
selamatan nasi beras sepitrah dikukus, lauknya daging kambing. Doanya : Selamat
pina. Candranya : peksi wonten ing luhur = jika mencari hasil dengan
menundukkan kepala, sebab gora-goda. Ketika kolo wuku berada di selatan daya,
dalam 7 hari tak boleh mendatangi tempat kala.
12. Kuningan, dewanya
sangyang Indra = melebihi sesama, tinggi derajatnya. Pohonnya : Wijayakusuma =
rupanya sangat indah, sangat puaka, tinggi budinya dan teliti, menghindari
keramaian, selamat hatinya. Burungnya : Urang-urangan = cepat bekerjanya, lekas
marah, pemalu.
1. Gedungnya dibelakang, jendelanya tertutup
= hemat. Bahayanya = diamuk..Penangkalnya : selamatan nasi punar beras sepitrah
dikukus, lauknya daging kerbau membelinya beramai-ramai, digoreng. Selawatnya
11 keteng. Doanya : Kabul. Candranya : Garojogan = rame bicaranya, banyak
bohong.Ketika kolo wuku berada di Barat, dalam 7 hari tak boleh mendatangi
tempat kala.
13. Langkir, dewanya
sangyang Kala menggigit bahunya sendiri = besar nafsunya, tidak sayang kepada
badannya sendiri, yang melihat takut, buruk adat-istiadatnya, tidak mau
menurut, murka, banyak larangan. Pohonnya : Ingas dan cemara tumbang = panas
hati, tak boleh didekati orang,
2. Penangkalnya : selamatan nasi uduk beras
sepitrah dikukus, lauknyadaging kambing dan ikan dimasak pakai santan, sayuran
secukupnya. Selawatnya 5 keteng. Doanya : Slametpina. Candranya : Redi
gumaludug = bicaranya menakutkan, tetapi tidak mengapa.Ketika kolo wuku berada
di selatan daya, dalam 7 hari tak boleh mendatangi tempat kala.
14. Mandasia,dewanya
sangyang Brama, kuat budinya, pemaran, tak mau memberi ampun, jika marah tak
dapat dicegah, tegaan. Pohonnya : Asam = kuat dan dicintai orang banyak, jadi
pelindung sengsara. Burungnya : Platukbawang = kuat budinya, cepat
pekerjaannya, tidak sabaran. Gedungnya terguling didepan = hemat dan banyak
rejekinya. Bahayanya : Kena api dan dijahili orang.
3. Penangkalnya : selamatan nasi merah beras
sepitrah dikukus, sayur bayam merah, daging ayam merah dipindang dan bunga
setaman yang merah. Selawatnya uang baru 40 keteng. Doanya : Slamat. Candranya
: Watu item munggeng papreman lan wreksa gung lebet tancepnya = sabar, tetapi
jika marah kejam.Ketika kolo wuku berada diatas, dalam 7 hari tak boleh
mendatangi tempat kala.
15. Djulungpujut,
dewanya sangyang guretno, = suka kepada keramaian, tersiar baik, mempunyai
kedudukan yang lumayan. Menghendaki bukit = besar kemaunnya, tak suka diatasi,
menghendaki memerintah. Pohonnya : Rembuknya = indah warnanya, tidak berbau,
dimana-mana jadi kunjungan orang.
Burung : Prijohan =
besar kemauannya, halus budinya. Bahayanya : diteluhPenangkalnya : selamatan
tumpeng beras sepitrah dikukus, daging ayam merah dipanggang, daun- daunan 9
macam. Selawatnya 30 keteng. Doanya : Balasrewu dan Kunut. Candranya : Palwa
ing samodra = kesana-kemari mencari nafkah, rejekinya tidak kurang.Ketika kolo
wuku, berada di utara dan selatan, dalam 7 hari tak boleh mendatangi tempat
kala.
16. Pahang, dewanya sangyang tantra
= perkataannya melebihi sesama, tidak sabaran menepati janji. Jembungnya
disebelah kiri dibelakangnya = suka jalan serong. Memanggul senjata tajam =
waspada, kasar perkataannya, panas hati, suka bertikai. Pohonya : Kendayaan =
jadi pelindung orang sakit, orang sengsara dan orang minggat. Burung : Cocak =
gelatak bicaranya. Gedung telentang = boros.
Bahayanya :
dianiaya.Penangkalnya : selamatan nasi uduk beras sepitrah, lauknya daging ayam
dimasak sansan, daun-daunan 11 macem. Selawatnya 9 keteng. Doanya :
Rasul.Candranya : Pulo katinggal saking tebih = tersiar semua tingkah lakunya,
lahirnya suci, batinnya kotor, angkuh, selalu susah.Ketika kolo wuku berada di
Barat-Laut dalam 7 hari tak boleh mengunjungi tempat kala.
17. Kuruwelut, dewanya sanhyang
wisnu : tajam ciptanya, tinggi dan selamat budinya, melebihi sesama dewa.
Memanggul : cakra = tajam hatinya, berhati-hati. Pohonnya : parijata = jadi
pelindung dan besar kebahagiaannya. Burungnya : puter = jika berbicara
mula-mula kalah, akhirnya menang, tidak pernah bohong, tidak suka terhadap
perkataan yang remeh. Gedungnya didepan = memperlihatkan kekayaannya, puaka tak
dapat dipermudah.
6. Bahayanya : kena racun daun. Tangkalnya :
selamatan bermacam-macam sayuran, jajan pasar, sekar boreh, tindihnya uang lama
sebaranDoanya : tawil. Candranya : tirta wening = sedikit bicaranya, suci
hatinya, diturut perintahnya, jadi tempat pengungsian. Ketika “kala wuku”
berada diatas, dalam 7 hari tidak boleh mendatangitempat kala.
18. Mrakeh, dewanya sangsyang surenggana =
tawakal hatinya, agak ingatan, berkesanggupan, berani kepada kesulitan.
Tunggulnya membalik = lekas hidup senang. Pohonnya : Trengguli = buahnya tidak
berguna. Tak mempunyai burung = tak boleh disuruh jauh, tentu mendapat bahaya.
Gedungnya dipanggul = memperlihatkan pemberian. Bahayanya : tenggelam.
7. Tangkalnya : selamatan nasi uduk, daging
ayam mulus dimasak dengan santan dan bermacam-macam ketan. Selawatnya 100
keteng.Doanya : tolak bilahi. Candranya : pandam ageng amerapit = tawakal,
mempunyai hati kasihan kepada orang miskin. Ketika “kala wuku” berada di utara,
dalam 7 hari tak boleh mendatangi tempat kala.
19. Tambir, dewanya sanghyang siwa =
lahir dan batinnya berlainan. Pohonnya : Upas = tak dapat untuk berlindung,
panas perkataannya. Burungnya : prenjak = sombong, suka membuat perkabaran yang
mengherankan, tahu petunjuk gaib. Gedungnya 3 tertutup semua = lokek dan dengki,
tak bisa kaya hanya cukup saja. Bahayanya : terkena pasangan. Tangkalnya :
selamatan nasi pulen beras sepitrah diliwet, lauknya daging bebek dan ayam
dipindang, kuah merah dan putih dan ketimun 25 buah.
8. Selawatnya : pisau baja dan jarum satu.
Doanya : slamet pina. Candranya : idune lir upas ratjun = dihargai semua
perkataannya. Ketika “kala wuku” berada di barat daya, dalam 7 hari tidak boleh
mengunjungi tempat kala.
20. Madangkungan, dewanya sanghyang
basuki : ahli bicara, tawakal, tetap hatinya. Pohonnya : plasa = hanya jadi
perhiasan hutan, tidak ada gunanya. Burungnya : pelug = suka tinggal di air,
suka tinggal ditempat sunyi. Gedungnya di atas = mendewa-dewakan kekayaannya,
tawakal, hemat. Bahayanya : dibunuh pada waktu malam. Tangkalnya
9. selamatan nasi punar beras sepitrah
dikukus, lauknya daging ayam kuning (wiring kuning) dan berumbun, digoreng,
jenang merah pada waktu hari kelahirannya. Selawatnya : 5 keteng. Doanya :
ngumur. Candranya : umajang kang tetabuhan = menepati perkataan, dan dapat
menyenangkan hati orang lain. Ketika “kaa wuku” berada di timur, dalam 7 hari
tak boleh mendatangi kala.
21. Maktal, dewanya sanghyang sakri
= burus hatinya, baik pekerjaannya. Pohonnya : nagasari = bagus rupanya, lemah
lembut tutur katanya, dicintai oleh pembesar. Burungnya : ayam hutan = liar dan
tinggi budinya, banyak tanda-tandanya akan mendapat bahagia, suka tinggal
ditempat sunyi. Gedungnya ditumpangi tunggal = kaya benda dan dihormati.
Bahayanya = bertikai.
10. Tangkalnya : selamatan nasi uduk, daging ayam
dan bebek dimasak 2 macam, dipindang dan dimasak dengan santan, niatnya :
ngrasul. Selawatnya 4 keteng. Doanya : rasul. Candranya : lesus awor lan
pancawara = lebar pemandangannya, dalam pikirannya. Ketika “kala wuku” berada
di timur laut, dalam 7 hari tak boleh mendatangi kala.
22. Wuje, dewanya betara kuwera =
menggirangkan hati orang lain, perkataannya lurus dan mengherankan, singkat
hati, tetapi sebentar baik. Memasang keris terhunus disebelak kaki = waspada
dan tajam hatinya. Pohonnya : Tal = panjang umurnya, besar tanda kebahagiannya,
kuat dan tetap hatinya. Burungnya : gogik = cemburuan, tak suka kepada
keramaian. Gedungnya terlentang didepan = pengasih.
Bahayanya : diteluh. Tangkalnya :
selamatan jajan pasar secukupnya dan bermacam-macam ketan seharga sataksawe
(+/- 10 sen). Yang dibeli dahulu madu untuk selanunggal rum arum = peteng hati,
sukar dijalani, suka kepada bau harum, besar kehendaknya. Ketika “kala wuku “
berada di barat, dalam 7 hari tak boleh mendatangi tempat kala.
23. Manahil, dewanya sangyang
Citragatra = menjunjung diri sendiri, dapat berkumpul ditempat ramai, angkuh,
selalu bersedia-sedia untuk membela diri. Air dijembung dibelakangnya = Arum
perintahnya, akan tetapi tak mempunyai pangkat. Memangku tombak terhunus =
waspada dan tajam hatinya.
Pohonnya : Tageron = sedikit faedahnya,
liat hatinya. Burungnya : Sepahan = liar budinya, tajam pikirannya. Bahayannya
: terkena senjata tajam.Penangkalnya : selamatan nasi liwet beras sepitrah,
lauknya daging ayam dan ikan, sayuran secukupnya, sambal gepeng. Selawatnya 8
keteng. Doanya : Selamat tolak bilahi. Candranya : Trenggana abra ing wijit =
sabar segala kemauannya, tak suka menganggur, banyak kemauannya.Ketika kala
wuku berapa di Tenggara, dalam 7 hari tak boleh mendatangi tempat kala.
24. Prangbakat, dewanya sangyang
Bisma = pemarah, tangkas, pemalu, memperlihatkan watak prajurit, menghendaki
jadi pemimpin orang, lurus pembicaraannya, segala yang dikehendaki tak ada
sukarnya. Kakinya kanan direndam dalam air jembung = perintahnya dingin didepan
panas dibelakang. Pohonnya : Tirisan = panjang umurnya, cukup rejekinya, tetap
pikiranya.
Burungnya :
urang-urangan = cepat kerjanya. Bahayanya : memanjat atu karena tingkahnya
sendiri. Tangkalnya : selamatan nasi tumpeng beras sepitrah, lauknya daging
sapi, dimasak bumbu manis, sayuran secukupnya. Selawatnya : pacul. Doanya :
aelamat pina. Candranya : wesi trate pulasani = keras hatinya, cepat kerjanya,
pemberi, jujur, belas kasihan. Ketika “kala wuku” berada dibawah, dalam 7 hari
tak boleh turun dari gunung dan menggali tanah.
25. Bala, dewanya batari Durga =
suka berbuat huru-hara, takut yang mendengar, jahil, suka bercampur dengan kejahatan,
tak asa yang ditakuti, pandai sekali bertindak jahat. Pohonnya : cemara = ramai
bicaranya, lemah lembut perintahnya dan dihormati.
Burungnya : Ayam
hutan = liar budinya, dicintai oleh pembesar, tinggi budinya, banyak
tanda-tanda akan mendapat bahagia, suka tinggal ditempat yang sunyi. Gedungnya
didepan = memperlihatkan kekayaannya, pradah dilahir. Bahayanya : diteluh dan
kena upas.Penangkalnya : selamatan nasi tumpeng beras sepitrah dikukus, sayur 7
macam, panggang ayam hitam. Selawatnya 40 keteng. Doanya : Rajukna : Udan salah
mangsa = rejekinya dari jual beli.Ketika kala wuku berada di Barat-Laut, dalam
7 hari tak boleh mendatangi tempat kala.
26. Wugu, dewanya sangyang Singajala
= banyak akal, lekas mengerti, baik budinya. Pohonya : Wuni sedang berbuah =
siapa yang melihat bagaikan mengidam, akantetapi jika telah makan, mencela,
banyak rejekinya. Burungnya : Podang = cemburuan, tidak suka berkumpul.
Gedungnya tertutup dibelakang = hemat dan pendia. Bahayanya : digigit ular dan
disia-sia.
Penangkalnya :
selamatan nasi pulen beras sepitrah dikukus dan bermacam-macam ketan, jajan
pasar, lauknya daging bebek putih sejodoh dimasak dengan santan. Selawatnya 10
keteng. Doanya: Selamat. Candranya : awang-uwung = baik budinya.Ketika kala
wuku berada di sebelah Selatan, dalam 7 hari tak boleh mendatangi tempat
kala.
27. Wayang, dewanya batari Sri = banyak rejekinya, pradah, bakti,
teliti, dingin perintahnya dicintai oleh orang banyak. Jembung berisi air
didepan dan duduk disitu = sejuk hatinya, sabar, rela hati, akan tetapi harus
diperlihatkan pemberiannya. Pasang keris terhunus = perintahnya mudah didepan,
sukar dibelakang. Pohonnya = Cempaka = dicintai oleh orang banyak
3. Burungnya = Ayam hutan = dicintai oleh
pembesar, liar budinya, angkuh, senang tinggal ditempat yang sunyi. Bahayanya :
kenah tulah dan difitnah.Penangkalnya : selamatan nasi tumpeng beras sepitrah
dikukus, daging kambing kendit dimasak macam-macam ketan, ayam dimasak
sesukanya, sayuran secukupnya. Selawatnya 40 keteng. Doanya : selamat.
Candranya : damar murub, bumi langit = selamat, banyak ilmunya.Ketika kolo wuku
berada diatas, dalam 7 hari tak boleh naik.
28. Kulawu, dewanya sangyang Sadana
= kuat budinya, besar harapannya. Duduk dijembung berisi air ditepi kolam =
sejuk hatinya, dingin perintahnya. Membelakangi senjata tajam = pikirannya
terdapat dibelakang, agak tumpul. Pohonnya : Tal = panjang umurnya, besar
harapannya, kuat budinya.
4. Burungnya : Nori, boros, murka. Gedungnya
didepan = memperlihatkan kekayaannya, pradah hanya lahir. Bahayanya : terkena
bisa. Penangkalnya : selamatannasi golong beras sepitrah dikukus, lauknya
daging ayam dan bebek yang berwarna merah, ikan dan daging burung, dimasak
sekehendahnya. Selawatnya 5 keteng. Doanya : Kabula. Candranya : Bun tumetes
ing sendang = ketika kecil miskin, akhirnya besar kebahagiannya, banyak
rejekinya.Ketika kala wuku berada di Utara, dalam 7 hari tak boleh mendatangi
tempat kala.
29. Dukut, dewanya sangyang Sakri =
keras hatinya. Menghadapi keris terhunus = waspada, tajam pikirannya, segala
yang dilihatnya ingin mempunyainya. Pohonnya : Pandan wangi = kiri tempatnya,
dengki, tak boleh didekati. Burungnya : Ayam hutan = dicintai oleh para
pembesar, liar dan tinggi budinya, besar harapannya, suka tinggal ditempat sunyi.
5. Membelakangi gedungnya = hemat dan
pendiam. Bahayanya : dimedan perang.Penangkalnya : selamatan nasi tumpeng beras
sepitrah dikukus, lauknya panggang ayam putih mulus dan ayam brumbun.
Selawatnya satakswawe. Doanya : Slamet. Candranya : tunggul asri sesengkeraning
nata = bagus rupanya, penakut.Ketika kala wuku berada di Barat, dalam 7 hari
tak boleh mendatangi tempat kala.
30. Watugunung, dewanya sangyang Antaboga dan batari Nagagini. Antaboga
= senang tinggal dilaur kota untuk bertapa. Nagagini = gemar kepada asamara.
Menghendaki janji = suka berapa ditempat yang sunyi, jika menjadi pendita,
mendapat kehormatan, gemar bersemedi, sedihan hati. Pohonnya : Wijayakusuma =
indah warnanya, sangat puaka, tinggi budinya, tidak suka pada keramaian, selamat
hatinya, angkuh, teliti. Burungnya : Gogik = cemburu. Bilahinya : dianiaya.
Penangkalnya :
selamatan beras sepitrah dikukus, lauknya daging binatang yang diburu, binatang
berliang, burung, semuanya yang halal, dimasak bermacam-macam jenang, daun-daunan
7 macam. Selawatnya 9 keteng. Doanya : Mubarak. Candranya : Lintang wulan
keraianan = terang hatinya, tetapi tidak bercahaya.Ketika kala wuku berapa di
timur, dalam 7 hari tak boleh mendatangi tempat kolo.
AJARAN ASTHABRATA
pada awalnya
merupakan ajaran yang diberikan olah Rama kepada Wibisana. Ajaran tersebut
terdapat dalam Serat Rama Jarwa Macapat, tertuang pada pupuh 27 Pankur, jumlah
bait 35 buah. Pada dua pupuh sebelumnya diuraikan kekalahan Rahwana dan
kesedihan Wibisana. Disebutkan, perkelahian antara Rahwana melawan Rama sangat
dahsyat. Seluruh kesaktian Rahwana ditumpahkan dalam perkelahian itu, namun
tidak dapat menendingi kesaktian Rama. Ia gugur olah panah Gunawijaya yang
dilepaskan Rama. Melihat kekalahan kakaknya, Wibisana segera bersujud di kaki
jasad kakaknya dan menangis penuh kesedihan.
Demikian antara lain
diungkapkan Prof. DR. Marsoo (52), Dosen Fakultas Budaya Jurusan Sastra UGM, di
hadapan peserta sarasehan Jumat Kliwonan Lembaga Javanologi, di nDalem
Joyodipuran, Yogyakarta, pada 6 Juli 2001 y.l. Dalam sarasehan yang dihadiri 30
peserta, Marsono mengatakan, Rama menghibur Wibisana dengan memuji keutamaan
rahwana yang dengan gagah berani sebagai seorang raja yang gugur di medan
perang bersama balatentaranya. Oleh Rama, Raden Wibisana diangkat menjadi Raja
Alengka menggantikan Rahwana. Rama berpesan agar menjadi raja yang bijaksana
mengikuti delapan sifat dewa yaitu Indra, Yama, Surya, Bayu, Kuwera, Brama,
Candra, dan Baruna. Itulah yang disebut dengan Asthabrata
Secara rinci Marsono
menguraikan masing-masing ajaran dengan memberikan kutipan teks sebagaimana terdapat
dalam Serat Rama Jarwa Macapat, Nitisruti dan Ramayana Kakawin Jawa Kuna.
1. Sang Hyang Indra adalah dewa hujan. Ia
mempunyai sifat menyediakan apa yang diperlukan di bumi, memberikan
kesejahteraan dan memberi hujan di bumi.
2. Sang Hyang Yama adalah Dewa Kematian. Ia
membasmi perbuatan jelek dan jahat tanpa pandang bulu.
3. Sang Hyang Surya adalah Dewa Matahari.
Sifatnya pelan, tidak tergesa-gesa, sabar, belas kasih dan bijaksana.
4. Sang Hyang Candra adalah dewa Bulai ia
selalu berbuat lembut, ramah dan sabar kepad asiapa saja.
5. Sang Hyang Bayu adalah Dewa Angin. Ia
bisa masuk ke mana saja ke seluruh penjuru dunia tanpa kesulitan. Segala
perilaku baik atau jelek kasar atau rumit di dunia dapat dikethaui olehnya
tanpa yang bersangkutan mengetahuinya. Ia melihat keadaan sekaligus memberikan
kesejahteraan yang dilaluinya.
6. Sang Hyang Kuwera adalah Dewa Kekayaan.
Sifatnya ulet dalam berusaha mengumpulkan kekayaan guna kesejahteraan warga
masyarakatnya. Ia sebagai penyandang dana.
7. Sang Hyang Baruna adalah Dewa Samudera.
Sifat Samudera bisa menampung seluruh air sungai dengan segala sesuatu yang
ikut mengalir di dalamnya. Namun samudera tidak tumpah. Hynag Batuna seperti
samudera bisa menampung apa saja yang jelek ataupun baik. Ia sabar dan
berwawasan sangat luas, seluas samudera.
8. Sang Hyang Brama adalh dewa Api . sifat
api bisa membakar menghanguskan dan memusnahkan benda apa saja. Ia pun dapat
memberikan pelita dalam kegelapan Hyang
Brama seperti api bisa membasmi musuh dan segala kejahatan sekaligus bisa
menjadi pelita bagi manusia yang sedangdalam keadaan kegelapan.
Kalau dirangkum
amanat asthabrata yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin itu sebagai berikut
: Dapat memberikan kesejukan dan ketentraman kepada warganya: membasmi
kejahatan dengan tegas tanpa pandang; bersifat bijaksana, sabar , ramah dan
lembut; melihat, mengerti dan menghayati seluruh warganya; memberikan
kesejahteraan dan bantuan dana bagi warganya yang memerlukan; mampu menampung segala
sesuatu yang datang kepadanya, naik yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan; gigih dalam mengalahkan musuh dan dapat memberikan pelita bagi
warganya. Ajaran ini tetap relevan bagi para pemimpin kita hingga kini sampai
ke masa depan.
Menurut pembicara,
sejak awal tarikh Masehi bangsa kita, utamanya India,melalui hubungan
perdagangan. Hubungan itu memberikan pengaruh, diantaranya masuknya agama Hindu
dan Budha. Candi Prambanan yang bersifat Hindu dan Borobudur yang bersifat
Budha merupakan peninggalan paling moumental diantara peninggalan lain. Relief
cerita Ramayana dipahatkan pada dinding langkan candi Siwa dan Brahma. Selain
di Prambanan, cerita yang sama juga dipahatkan pada candi Penataran, jawa
timur, sedang pada candi Borobudur yang dibangun dinasti Syailendra sekitar
abad ke 8 terdapat relief cerita perjalanan sang Budha dalam menuju jenjang
manusia sempurna.
Prasati Sukabumi yang
bernagka tahun 804 M pertama kali ditulis dalam bahasa Jawa Kuna. Bersamaan
dengan itu mulailah terjadi budaya penulisan cerita Ramayana dalam bahasa Jawa
Kuna.
Prof. DR. Purbacaraka
berhasil menyalin dan menterjemahkan naskah Ramayana tertua yang sampai
sekarang masih berupa tulisan ketikan. Prof. DR. Marsono menghimbau kepada yang
berminat untuk membantu agar naskah itu dapat dicetak hingga dapat dinikmati
oleh kalangan lebih luas
Ramayana di India
banyak versinya, diantaranya versi walmiki dan Bhattikawya. Yang menjadi sumber
penulisan Ramayana Kawin Jawa Kuna adalah Ramayana Bhattikawya (Purbacaraka,
1957), bukan Ramayana Walmiki. Dari India cerita Ramayana ini menyebar ke
negara asia lainnya, seperti Indonesia, laos, Kamboja, Birma, thailand dan
Filipina. Dimasing-masing tempat dan jaman cerita Ramayana itu
diakulturisasikan dengan kebudayaan setempat dan jamannya. Di Indonesia
sekarang, cerita Ramayana dipakai sebagai dasar pertunjukan wayang kulit maupun wayang orang serta pentas
sendratari Ramayana yang dipentaskan di
candi Prambanan
Berbagai buku
peninggalan pujangga kita memuat cerita Ramayana, di antaranya Ramayana Kakawin
Jawa Kuna (abad ke 9), Serat Rama Jarwa Macapat Jawa Baru oleh Yasadipura II
(1882), Serat Nitisruti (1612), Babad Sangkala (abad ke 19), Serat Partawigena
(abad ke 19). Teks lakon Wahyu Makutha Rama abad ke 20. Diorama gambar wayang di
Museum Purnabakti TMII juga merupakan cerita Ramayana
sumber di ambil dari :karatonsurakarta
Monggo sami pinarak.......
BalasHapus